What is your dream?

Senin, 14 Desember 2009

VISI & MISI LJF 165

VISI LJF 165

(Wali Songo)

1) Menyeimbangkan Kehidupan Umat Manusia Antara Dunia dan Akhirat.

2) Membuat LJF165 Menjadi Support Sistem Untuk Remaja Agar Menjadi Orang yang Berakhlak Mulia dan Berwawasan Ilmu Pengetahuan.

3) Membuat Seluruh Remaja Agar Dapat Berjihad Melalui Prestasi.

4) Membuat Seluruh Remaja Memiliki Tujuan Hidup yang Jelas.

5) Menggalang Seluruh Remaja Menjadi Laskar Pengubah Dunia.

6) Menggali Seluruh Potensi Dalam Diri Setiap Remaja.

7) Menjadikan Al-Quran dan Al-hadist Sebagai Peta Hidup Umat Manusia.

8) Menjadikan Suri Tauladan Rasullullah SAW Sebagai Kegiatan Sehari-Hari dan Tolak Ukur Remaja.

9) Menghancurkan Seluruh Tembok Perbedaan dan Membangun Persamaan antar Derajat Umat Manusia.

MISI LJF 165

(Sallasatuya’mal)

1) Menjadi Contoh yang Baik Untuk Mewujudkan Visi.

2) Menyediakan Fasilitas Untuk Seluruh Remaja Agar Dapat Menggali Potensi Dalam Diri.

3) LJF165 Menjadi Roda Penggerak Kegiatan Seluruh Remaja Untuk Mencapai Vis

Assalamu'alaikum wr. wb.,

''Barang siapa yang Allah kehendaki akan diberikan petunjuk, niscaya Dia
melapangkan dadanya untuk (memeluk agama) Islam. Dan, barang siapa yang
dikehendaki Allah kesesatannya, niscaya Allah menjadikan dadanya sesak
lagi sempit, seolah-olah ia sedang mendaki langit. Begitulah Allah
menimpakan siksa kepada orang-orang yang tidak beriman.'' (QS Al An'aam:
125).''

Wassalamu'alaikum wr. wb.,

Andri

Sent from my AXIS Worry Free BlackBerry(r) smartphone

-----Original Message-----

From: al-palagani <palagani@gmail. com>

Date: Fri, 27 Nov 2009 19:46:13

Clarence Jack Ellis, Ketika Sang Wali Kota AS Menemukan Islam

Kebenaran harus ditegakkan, apa pun risikonya.

Nabi Muhammad SAW pernah bersabda, ''Tidak ada agama tanpa akal.''

Hadis ini secara tersirat menegaskan bahwa suatu agama, terlebih agama

Islam, harus dipahami inti sari ajarannya dengan cara berpikir. Segala

sesuatu yang ada di alam ini merupakan buah karya Allah SWT, sang

pencipta alam semesta. Keberadaan alam ini pun adalah wujud dari

keberadaan-Nya.

Tak salah bila kemudian banyak orang yang berusaha mempelajari agama

dengan sungguh-sungguh karena mereka akan menemukan hakikat jati

dirinya dan Tuhan sang Pencipta. Ini pulalah yang dialami dan

dilakukan mantan wali kota Macon, sebuah negara bagian di Georgia,

Amerika Serikat, Clarence Jack Ellis. Ia menemukan jati diri yang

sesungguhnya setelah benar-benar mempelajari agama yang dibawa oleh

Nabi Muhammad SAW.

''Mengapa seseorang beragama Kristen? Itu karena Anda merasa melakukan

sesuatu yang benar. Bagi saya, hal itu bukan persoalan besar. Namun,

banyak orang yang ingin tahu apa yang Anda yakini. Bagi saya, Islam

adalah agama yang cocok buat saya. Saya seperti kembali ke akar saya

setelah bertahun-tahun melakukan perenungan,' ' kata Ellis kepada surat

kabar Boston Herald saat ditanya mengapa ia memilih pindah ke agama

Islam, sebagaimana dikutip Islamonline .

Ellis mengatakan, ia mempelajari Alquran selama bertahun-tahun. Dan,

ia menemukan tujuan hidupnya dalam Islam. Terlebih lagi setelah ia

berkunjung ke Senegal. Menurut Ellis, nenek-nenek moyangnya sudah

memeluk agama Islam sebelum mereka dibawa ke Amerika Utara sebagai

budak.

Ellis mengaku jiwanya terasa tenteram dan damai setelah masuk Islam.

Ia juga merasa tidak perlu menyembunyikan keislamannya dari publik

yang telah memilihnya sebagai wali kota Macon walaupun keputusan

memeluk Islam adalah keputusan yang sangat pribadi sifatnya.

Pria kelahiran Macon, 6 Januari 1946, ini masuk Islam pada Desember

2007 lalu. Sebagai seorang pejabat negara, keislaman Ellis mengundang

perhatian publik Amerika. Namun demikian, ia sudah bulat pada

keputusannya.

''Ini adalah keputusan yang sangat personal, tapi saya juga memahami

bahwa saya seorang publik figur. Sebagai wali kota, saya pikir

masyarakat berhak tahu apa yang saya yakini sebagai orang yang

beriman. Iman yang saya yakini sekarang adalan Islam,'' jelas Ellis.

Ellis yang semula menganut agama Kristen hijrah menjadi seorang Muslim

menjelang akhir kepemimpinannya. Ia mengucapkan dua kalimat syahadat

dalam sebuah upacara kecil di Senegal, Afrika Barat. Setelah masuk

Islam, Ellis mengurus status hukum perubahan namanya dari Clarence

Jack Ellis menjadi Hakim Mansour Ellis. Ia tetap menggunakan nama

keluarganya atas permintaan kedua putrinya.

Keislaman Ellis menghiasi berbagai media massa di AS dan sejumlah

media internasional. Tak heran bila keputusannya itu menjadi buah

bibir. Karena, sejak memutuskan masuk Islam, ia masih menjabat sebagai

wali kota Macon.

Setelah menjadi seorang Muslim, ayah dari lima anak itu mulai

membiasakan diri untuk menunaikan shalat lima waktu dan secara rutin

berkunjung ke Islamic Center di Bloomfield Road. Ellis mengaku bangga

dengan kebebasan beragama di AS. ''Kami meyakini Nabi Muhammad SAW

sebagai nabi terakhir, seperti kami meyakini Musa sebagai seorang

nabi,'' ujar Ellis.

Karier

Peraih gelar sarjana muda di bidang sastra dari Saint Leo College di

Florida, AS, ini menjabat sebagai wali kota Macon selama dua periode,

sejak 14 Desember 1999 hingga Desember 2003. Kemudian, ia terpilih

kembali dan menjabat hingga Desember 2007. Ia tidak bisa menjabat lagi

sebagai wali kota karena sudah terpilih sebanyak dua kali masa jabatan

yang lamanya empat tahun.

Ellis adalah warga kulit hitam pertama yang terpilih sebagai wali kota

Macon sepanjang 176 tahun sejarah kota itu. Ia menjadi wali kota Macon

ke-40 yang berhasil terpilih dua kali berturut-turut.

Selama menjabat sebagai wali kota Macon, Ellis dikenal sebagai sosok

yang memberikan kontribusi besar bagi kemajuan kota itu. Ia

menggunakan bantuan dari negara bagian dan Federal untuk membantu

latihan kerja bagi anak-anak muda, membuat program pengarahan,

penyuluhan, program usai sekolah, dan program untuk mengurangi jumlah

kriminalitas di kota itu.

Dengan dana bantuan tersebut, ia juga mencanangkan program perumahan

rakyat. Pada saat ia memerintah, telah dibangun lebih dari 200 unit

rumah baru dengan harga terjangkau dan lebih dari 100 rumah susun di

pusat kota Macon. Pada masa pemerintahannya, Macon ditetapkan sebagai

kota unggulan oleh Asosiasi Kotamadya Georgia serta dianuegrahi The

City Livability Award oleh Konferensi Wali Kota se-AS. Bahkan, mantan

ibu negara Laura Bush menunjuk Macon sebagai cagar komunitas Amerika.

''Saya tetap berbagi dengan keluarga besar saya, komunitas Macon yang

mendukung saya ketika saya masih menjadi seorang Kristiani dan masih

memercayai saya hingga kini. Saya masih orang yang sama meski saya

mengganti nama saya,'' tukas Ellis.

Sepanjang kariernya, sebagaimana tercatat dalam situs pribadinya,

Macon tercatat pernah bertugas di dinas kemiliteran AS selama dua

tahun dan ikut dikirim ke Perang Vietnam dalam Divisi ke-101 Angkatan

Udara AS dengan pangkat sersan.

Atas jasa-jasanya di kemiliteran, Ellis mendapatkan sejumlah

penghargaan, antara lain tiga penghargaan Bronze Star , medali Army

Commendation for Valor and Heroism , serta penghargaan Purple Heart

karena luka-luka yang dialaminya dalam perang Vietnam.

Jadi Duta Kehormatan Uganda

Kiprah Clarence Jack Ellis saat menjabat sebagai wali kota tidak hanya

sebatas urusan yang terkait dengan kota yang dipimpinnya, tetapi juga

sampai ke tataran internasional. Saat memerintah, Ellis membina

hubungan dengan beberapa kota internasional di Rusia, Afrika, dan

Korea. Hubungan yang dibina antara Macon dan kota-kota dunia tersebut

mengarah kepada bentuk kerja sama sister city . Dengan

mengatasnamakan Konferensi Wali Kota se-AS, Konferensi Nasional Wali

Kota Kulit Hitam, dan Konferensi Wali Kota sedunia, Ellis memimpin

beberapa delegasi ke sejumlah negara Afrika, termasuk Ethiopia, Afrika

Selatan, Ghana, Senegal, Uganda, dan Kamerun.

Lawatan-lawatan yang kerap ia lakukan ke sejumlah negara Afrika ini

ternyata menarik perhatian Pemerintah Uganda. Karena itu, tak

mengherankan jika ia kemudian diangkat menjadi duta kehormatan bagi

Uganda pada April 2007 lalu. Posisi sebagai duta kehormatan ini akan

dijalankannya setelah masa jabatannya sebagai wali kota Macon

berakhir.

Ellis berharap bisa menggunakan posisi kehormatan itu untuk

mempromosikan Uganda di wilayah tenggara Amerika Serikat. Seorang duta

kehormatan biasanya mengemban tugas untuk membantu warga negara dari

negara yang mereka wakili dalam menyelesaikan semua bentuk persoalan

yang dihadapi mereka di negara di mana mereka tinggal.

Dukung Hugo Chavez

Pada saat masih menjabat, Ellis juga pernah mendapat sorotan tajam

publik Amerika menyusul sikapnya yang dengan terang-terangan mendukung

pemerintahan Presiden Venezuela Hugo Chavez. Atas sikapnya ini, Ellis

tidak hanya didemo oleh warga kota Macon, tetapi juga mendapat kecaman

dari para pemimpin lokal lainnya di Negeri Paman Sam.

Mantan calon wali kota saat itu, David Corr, mengatakan, pernyataan

wali kota merupakan sebuah bentuk kemarahan. ''Kita harus mengutuk

Chavez sebagai musuh kebebasan.''

Sementara itu, seorang anggota senat Partai Republik dari wilayah

pemilihan Macon, Allen Peake, menilai bahwa tindakan yang dilakukan

Ellis sebagai tindakan yang mencemarkan nama kota Macon. ''Saya pikir,

itu negatif bagi kami,'' ujarnya kepada The Macon Telegraph . ''Kita

perlu melakukan hal-hal yang bisa mengembalikan citra positif Macon,''

tambahnya.

Peristiwa tersebut terjadi pada pertengahan Agustus 2007 silam.

Sebagaimana pemberitaan yang dilansir situs foxnews , wali kota Jack

Ellis telah mengirimkan surat dukungan yang disampaikan melalui kurir

kepada Presiden Chavez. Dalam suratnya, Ellis menuliskan pesan bahwa

para pemimpin lokal di AS dapat berdiri bersama-sama pemimpin

Venezuela meskipun perbedaan pendapat terjadi di tingkat pemerintah

pusat.

Ia tak peduli tudingan miring yang ditujukan padanya. Baginya, sebuah

kebenaran harus ditegakkan, apa pun risikonya. dia/sya/taq

Biodata:

Nama Lengkap: Clarence Jack Ellis

Nama Muslim: Hakim Mansour Ellis

TTL: Macon, 6 Januari 1946

Masuk Islam: Desember 2007

Jabatan: Mantan Wali Kota Macon, AS (1999-2007)

Penghargaan: Bronze Star, Medali Army Commendation for Valor and

Heroism, Purple Heart , dan Duta Kehormatan Uganda

sumber:

http://www.republik a.co.id/berita/ 91922/Clarence_ Jack_Ellis_ Ketika_Sang_
Wali_Kota_AS_ Menemukan_ Islam

Harta Haram (oleh : Uti Konsen UM - APPost)

Rasulullah SAW bersabda, “Perbaikilah makananmu (makanlah makanan yang halal) niscaya engkau akan menjadi orang yang selalu dikabulkan doanya“ ( HR.At-Thabrani) . Wahab bin Munabbih bercerita. Satu waktu Nabi Musa AS bertemu dengan seorang laki-laki yang sedang berdoa. Dia berdiri lama sekali dengan khusyuknya. Seraya memperhatikan lelaki tersebut Nabi Musa berkata, “Ya Rabbi, mengapa tidak Kau jawab juga doanya?“. ”Wahai Musa, seandainya orang itu menangis sejadi-jadinya dan mengangkat kedua tangannya sampai ke permukaan langit, doanya tetap takkan sampai kepada-Ku,“ firman Tuhan.”Mengapa gerangan ya Allah?“ tanya Musa. ”Karena di perutnya ada barang haram. Di punggungnya ada barang haram.
Dan di rumahnya pun tersimpan barang haram,” tegas Allah SWT.


Pada zaman Rasulullah dulu pernah sekelompok orang datang kepada Nabi mengadukan gubernur mereka yang suka menerima sumbangan. Setelah diseleksi dengan cermat dan ternyata pengaduan itu benar, Nabi pun memanggil gubernur itu. “Mengapa Anda menerima sesuatu yang bukan menjadi hak Anda?“ tanya Rasul. “Wahai Nabi Allah. Yang saya ambil itu tidak lain adalah hadiah yang memang diberikan orang kepada saya,“ ujar gubernur berdalih.
“Yakinkah tuan
akan semua itu? Andaikata Anda berdiam di rumah saja, tidak menjabat apapun, apakah orang akan mengantarkan hadiah itu juga?” tanya Nabi tegas. Kemudian beliau menyuruh gubernur menyerahkan harta itu ke baitul mal dan kemudian beliau memecatnya. Sikap yang dilakukan gubernur itu dalam bahasa agama disebut zulm, termasuk dosa besar. Kata zulm adalah lawan kata nur yang berarti cahaya. Lewat Al Quran Allah berkata bahwa Dia membawa (manusia) dari kegelapan ke terang benderang. Min al-zulumati ila al-nur. Sedang setan sebaliknya, membawa dari terang ke gelap. Jadi menggelapkan itu pekerjaan setan. Dan mereka yang membantu penggelapan adalah pembantu setan.


Rasulullah SAW bersabda, “Barang siapa yang kami beri tugas melakukan suatu pekerjaan dan kepadanya telah kami beri rezeki (diberi imbalan berupa gaji atau lainnya ), maka apa yang diambil oleh selain itu adalah kecurangan.“ Dalam hadis lain Rasulullah menyatakan “Demi Zat yang jiwaku berada dalam genggamannya tidak sekali-kali seseorang mengambil harta dengan cara yang tidak dibenarkan, kecuali ia akan bertemu dengan Allah pada hari kiamat kelak dalam kondisi sedang memikul apa yang telah diambilnya dahulu.“ Maka, ujar Fuad Nasar dalam tulisannya ‘Meninggalkan yang syubhat “, marilah kita berhati-hati menjaga kehormatan diri dan kebersihan rezeki dengan meninggalkan yang syubhat dan haram. Dalam Islam, niat dan tujuan yang baik tidak dapat mengubah yang haram menjadi halal ataupun menghilangkan unsur syubhat.
“Betul sekilas orang yang kaya dengan harta haram tampak hidup enak. Tapi, kalau Anda tahu bagaimana perasaan hatinya, keresahan jiwanya dan rasa tak nyaman batinnya ketika dia masih hidup, sungguh tak sepadan dengan kenikmatan yang diterima dari harta haram itu. Saat ini, di zaman reformasi banyak sekali penguasa dan pengusaha yang dihujat rakyat karena menimbun harta haram. Mereka dicaci maki dan dicerca. Betapa malangnya!“ demikian antara lain tulis Saifuddin Simon dalam naskahnya ‘ Harta Haram’.

Para salafus saleh sangat berhati-hati terhadap makanan yang masuk ke mulut dan perut mereka. Abu Bakar mempunyai pembantu yang selalu menyediakan makanan untuknya. Suatu kali pembantu tersebut membawa makanan, ia pun memakannya. Setelah tahu bahwa makanan itu diperoleh dengan cara haram, serta merta ia masukkan jari tangannya ke kerongkongan. Kemudian ia muntahkan kembali makanan yang baru saja masuk itu. “Berapa banyak doa yang telah kita panjatkan kepada Allah SWT, berapa banyak istighotsah digelar. Namun, kenyataannya bencana demi bencana tetap melanda, berbagai krisis tidak teratasi dan berbagai kesulitan tak kunjung usai. Mungkinkah ini karena bangsa Indonesia sudah terbiasa dengan praktik-praktik mendapatkan harta dengan cara yang haram, sehingga Allah SWT.tidak mengabulkan doa kita?“ tanya Ummu Fathin dalam tulisannya ‘ Makanan Haram ‘.

Wallahu a’lam bis-shawab. **

Assalamualaikum Warohmatullohi Wabarokatuh

Bissmillahirrohmaan irrohiim

"Demi masa. Sesungguhnya manusia itu benar-benar berada dalam kerugian, kecuali orang-orang yang beriman dan mengerjakan amal saleh dan nasihat menasihati supaya menaati kebenaran dan nasihat menasihati supaya menetapi kesabaran". QS. Al-Ashr (103) : 3.

1. Apa yang paling DEKAT dengan diri kita di dunia ?
2. Apa yang paling JAUH dari kita di dunia ?
3. Apa yang paling BESAR di dunia ?
4. Apa yang paling BERAT di dunia ?
5. Apa yang paling RINGAN di dunia ?
6. Apa yang paling TAJAM di dunia ?

Jawabannya:
------------ --------- --------- --------- --------- --------- -
Suatu hari, Imam Al Ghozali berkumpul dengan murid-muridnya. Lalu Imam Al
Ghozali bertanya....

Pertama,
"Apa yang paling dekat dengan diri kita di dunia ini?".
Murid-muridnya menjawab : "orang tua, guru, kawan, dan sahabatnya".
Imam Ghozali menjelaskan semua jawapan itu BENAR.
Tetapi yang paling dekat dengan kita adalah MATI.
Sebab itu sememangnya janji Allah SWT bahwa setiap yang bernyawa pasti akan mati (Q.S. Ali Imran [3] : 185 "Tiap-tiap yang berjiwa akan merasakan mati. Dan sesungguhnya pada hari kiamat sajalah disempurnakan pahalamu. Barang siapa dijauhkan dari neraka dan dimasukkan ke dalam surga, maka sungguh ia telah beruntung. Kehidupan dunia itu tidak lain hanyalah kesenangan yang memperdayakan" .)

Kedua,
"Apa yang paling jauh dari diri kita di dunia ini?".
Murid -muridnya menjawab : "negara Cina, bulan, matahari dan bintang-bintang" .
Lalu Imam Ghozali menjelaskan bahawa semua jawaban yang mereka berikan itu adalah BENAR.
Tapi yang paling benar adalah MASA LALU.
Walau dengan apa cara sekalipun kita tidak dapat kembali ke masa lalu.
Oleh sebab itu kita harus menjaga hari ini dan hari-hari yang akan datang dengan perbuatan yang sesuai dengan ajaran Agama.

Ketiga,
"Apa yang paling besar di dunia ini?".
Murid-muridnya menjawab : "gunung, bumi dan matahari".
Semua jawaban itu BENAR kata Imam Ghozali.
Tapi yang paling besar dari yang ada di dunia ini adalah NAFSU (Q.S. Al-A'Raf [7] : 179 "Dan sesungguhnya Kami jadikan untuk isi neraka Jahanam kebanyakan dari jin dan manusia, mereka mempunyai hati, tetapi tidak dipergunakannya untuk memahami ayat-ayat Allah dan mereka mempunyai mata tetapi tidak dipergunakannya untuk melihat tanda-tanda kekuasaan Allah, dan mereka mempunyai telinga tetapi tidak dipergunakannya untuk mendengar ayat-ayat Allah. Mereka itu sebagai binatang ternak, bahkan mereka lebih sesat lagi. Mereka itulah orang-orang yang lalai".).
Maka kita harus berhati-hati dengan nafsu kita, jangan sampai nafsu membawa kita ke neraka.

Keempat,
"Apa yang paling berat di dunia ini?".
Ada yang menjawab : "besi dan gajah".
Semua jawaban adalah BENAR, kata Imam Ghozali, tapi yang paling berat adalah MEMEGANG AMANAH (Q.S. Al-Ahzab [9] : 72 "Sesungguhnya Kami telah mengemukakan amanat kepada langit, bumi dan gunung-gunung, maka semuanya enggan untuk memikul amanat itu dan mereka khawatir akan mengkhianatinya, dan dipikullah amanat itu oleh manusia. Sesungguhnya manusia itu amat lalim dan amat bodoh",).
Tumbuh-tumbuhan, binatang, gunung, dan malaikat semua tidak mampu ketika Allah SWT meminta mereka untuk menjadi khalifah (pemimpin) di dunia ini.
Tetapi manusia dengan sombongnya menyanggupi permintaan Allah SWT, sehingga banyak dari manusia masuk ke neraka karena ia tidak dapat memegang
amanahnya.

Kelima,
"Apa yang paling ringan di dunia ini?"
Ada yang menjawab : "kapas, angin, debu dan daun-daunan" .
Semua itu BENAR kata Imam Ghozali, tapi yang paling ringan di dunia ini adalah MENINGGALKAN SHOLAT.
(QS.An-Nisa [4] : 103. "Maka apabila kamu telah menyelesaikan shalat (mu), ingatlah Allah di waktu berdiri, di waktu duduk dan di waktu berbaring. Kemudian apabila kamu telah merasa aman, maka dirikanlah shalat itu (sebagaimana biasa). Sesungguhnya shalat itu adalah kewajiban yang ditentukan waktunya atas orang-orang yang beriman".
Gara-gara pekerjaan, kita meninggalkan sholat; gara-gara bermusyawarat, kita meninggalkan sholat.

Dan pertanyaan keenam adalah,
"Apakah yang paling tajam di dunia ini?"
Murid-muridnya menjawab dengan serentak : "pedang".
BENAR, kata Imam Ghozali, tapi yang paling tajam adalah LIDAH MANUSIA. QS. Al-Ahzab [33] : 19. "Mereka bakhil terhadapmu apabila datang ketakutan (bahaya), kamu lihat mereka itu memandang kepadamu dengan mata yang terbalik-balik seperti orang yang pingsan karena akan mati, dan apabila ketakutan telah hilang, mereka mencaci kamu dengan lidah yang tajam, sedang mereka bakhil untuk berbuat kebaikan. Mereka itu tidak beriman, maka Allah menghapuskan (pahala) amalnya. Dan yang demikian itu adalah mudah bagi Allah".
Karena melalui lidah, ,manusia selalu menyakiti hati dan melukai perasaan saudaranya sendiri.

Semoga bermanfaat

Wassalamu'alaikum Wr. Wb.


Sumber: http://groups. yahoo.com/ group/syiar- islam/message/ 24082


Kita yakin… siapapun kita, pada strata sosial manapun kita, apapun prosfesi kita, dibumi manapun kita berpijak pasti mau menjadi orang yang dirindukan oleh syurganya Allah SWT. Tempat yang di idam-idamkan oleh seluruh makhluk Allah, tempat yang tidak terdengar di dalamnya perkataan yang tak berguna,sia- sia dan dusta, didalamnya ada mata air yang mengalir, takhta-takhta yang ditinggikan, gelas-gelas berisi minuman yang terletak dekat, bantal-bantal sandaran yang tersusun, permadani-permadani yang terhampar, kebun-kebun dan buah anggur, indahnya syurga ?….

Rasulullah SAW, mengatakan :" Syurga merindukan empat orang:

Pertama, orang yang senantiasa membaca Al-Qur'an. Nampaknya wajar jikalau syurga merindukan ahli qur'an ini karena sejak didunia saja mereka sudah diservis oleh Allah dengan ketenangan bathin, kasih sayang-Nya, kecintaannya, kemuliaan dan selalu di ingat oleh-Nya.

Kedua, penjaga lidah. Memang lidah tak bertulang tapi ia lebih tajam dari sebilah pedang, dampaknya akan mengakibatkan peperangan antar suami isteri, antar kelompok, bahkan antar dua bangsa. Efek negatifnya akan membuat orang menjadi sengsara, akan melenyapkan pahala kebaikan yang kita buat seperti api memakan kayu bakar, akan membuat puasa jadi hampa dan sia-sia. Namun bila kita menjaganya, subhanallah… begitu banyak kenikmatan akan kita raih, dengan lisan kita berdakwah, dengan lisan kita bertilawah, dengan lisan kita berdo'a.

Ketiga, pemberi makan orang yang kelaparan. Sungguh, Allah Yang Maha berterimakasih (Syakuur) akan membalas sekecil apapun kebaikan kita kepada orang lain. Bila kita memberi minum kepada saudara kita yang kehausan maka Allah akan memberi kita minum pada hari kiamat nanti disaat orang-orang sedang dilanda dahaga, Bila kita memberi makan kepada saudara kita yang sedang kelaparan, niscaya Allah akan memberi kita makan di saat orang-orang kelaparan pada hari akhir nanti, Bila kita memberi pakaian kepada saudara kita didunia ini, niscaya Allah akan memberi kita pakaian yang indah disaat orang-orang telanjang pada hari perhitungan nanti, bila kita memudahkan urusan saudara kita yang sedang kesulitan dan dihimpit permasalahan, yakinlah bahwa Allah akan memudahkan urusan kita sejak didunia ini. Pertolongan Allah akan datang kepada seorang hamba manakala sang hamba menolong saudaranya.

Keempat, Orang-orang yang berpuasa di bulan ramadhan. Di bulan yang mulia yang penuh berkah, rahmat, ampunan ini Allah menjanjikan kepada kita akan pembebasan dari panasnya api neraka, pedihnya azab neraka dan kejamnya siksa neraka bila kita berpuasa, dan menghidupkan malamnya dengan shalat, qiro'at dan ibadah Sosial dengan hanya mengharap ridho Allah.


Bila empat amal ini kita lakukan, nampaknya wajarlah bila syurga merindukan kehadiran kita…Amien
Ustadz Ahmad Jameel

Pastikan kita jadi golongan orang – orang yang dirindukan syurga, InsyaAllah Semoga Allah memanjangkan umur kita dan memberikan kita kesehatan, kemudahan dan dapat memaksimalkan ibadah kita dalam setiap saat . Amin.




Bila Ibu Boleh Memilih
Anakku...
Bila ibu boleh memilih
Apakah ibu berbadan langsing atau berbadan besar
karena mengandungmu
Maka ibu akan memilih mengandungmu
Karena dalam mengandungmu
ibu merasakan keajaiban dan kebesaran Allah
Sembilan bulan nak...
Engkau hidup di perut ibu
Engkau ikut kemanapun ibu pergi
Engkau ikut merasakan ketika jantung ibu berdetak karena kebahagiaan
Engkau menendang rahim ibu ketika engkau merasa tidak nyaman, karena ibu kecewa dan berurai air mata
Anakku...

Bila ibu boleh memilih apakah ibu harus operasicaesar, atau ibu harus berjuang melahirkanmu
Maka ibu memilih berjuang melahirkanmu
Karena menunggu dari jam ke jam, menit ke menit kelahiranmu
Adalah seperti menunggu antrian memasuki salah satu pintu surga
Karena kedahsyatan perjuanganmu untuk mencari jalan ke luar ke dunia sangat ibu rasakan
Dan saat itulah kebesaran Allah menyelimuti kita berdua
Malaikat tersenyum diantara peluh dan erangan rasasakit,
Yang tak pernah bisa ibu ceritakan kepada siapapun
Dan ketika engkau hadir, tangismu memecah dunia
Saat itulah...

Saat paling membahagiakan
Segala sakit & derita sirna melihat dirimu yang merah,
Mendengarkan ayahmu mengumandangkan adzan,
Kalimat syahadat kebesaran Allah dan penetapan hati tentang junjungan kita
Rasulullah di telinga mungilmu
Anakku...

Bila ibu boleh memilih apakah ibu berdada indah,
atau harus bangun tengah malam untuk menyusuimu,
Maka ibu memilih menyusuimu,
Karena dengan menyusuimu ibu telah membekali hidupmu
dengan tetesan-tetesan dan tegukan tegukan yang sangat berharga
Merasakan kehangatan bibir dan badanmu di dada ibu dalam kantuk ibu,
Adalah sebuah rasa luar biasa yang orang lain tidak bisa rasakan
Anakku...

Bila ibu boleh memilih duduk berlama-lama di ruang rapat
Atau duduk di lantai menemanimu menempelkan puzzle
Maka ibu memilih bermain puzzle denganmu
Tetapi anakku...
Hidup memang pilihan...
Jika dengan pilihan ibu, engkau merasa sepi dan merana
Maka maafkanlah nak...
Maafkan ibu...

Ibunda
Kalau ibunda membelai rambutmu
Kalau ibunda mengusap keningmu, memijiti kakimu
Nikmatilah dengan syukur dan bathin yang bersujud
Karena sesungguhnya Allah sendiri yang hadir dan maujud

Kalau dari tempat yang jauh engkau kangen kepada ibunda
Kalau dari tempat yang jauh ibunda kangen kepada engkau,
Dendangkanlah nyanyian puji-puji tuk Tuhanmu
Karena setiap bunyi
Kerinduan hatimu adalah
Sebaris lagu cinta Allah kepada segala ciptaanNya

Kalau engkau menangis
Ibundamu yang meneteskan airmata
Dan Tuhan yang akan mengusapnya
Kalau engkau bersedih
Ibundamu yang kesakitan
Dan Allah yang menyiapkan hiburan-hiburan

Menangislah banyak-banyak untuk ibundamu
Dan jangan bikin satu kalipun ibumu menangis karenamu



(Cuplikan Dari Buku Ibu Catatan Harian Emha Ainun Nadjib)
Thanks to dudung.net

BismiLlaahirrahmaan irrahiim,
Assalaaamu'alaikum wr wb

Semoga tulisan dari dakwatuna yang sudah cukup lama ini, bisa bisa menjadi motivasi bagi kita semua untuk sama-sama lebih mendekatkan diri kepada Al-Qur'an. Semoga Allah memudahkan. aamiin

Wassalaam

-uya'-

Keutamaan Mengkhatamkan Al-Qur’an17/4/2007

Dari Ibnu Abbas r.a., beliau mengatakan ada seseorang yang bertanya kepada Rasulullah saw. “Wahai Rasulullah, amalan apakah yang paling dicintai Allah?” Beliau menjawab, “Al-hal wal murtahal.” Orang ini bertanya lagi, “Apa itu al-hal wal murtahal, wahai Rasulullah?” Beliau menjawab, “Yaitu yang membaca Al-Qur’an dari awal hingga akhir. Setiap kali selesai ia mengulanginya lagi dari awal.” (HR. Tirmidzi)

Generasi sahabat dapat menjadi generasi terbaik (baca; khairul qurun) adalah karena mereka memiliki ihtimam yang sangat besar terhadap Al-Qur’an. Sayid Qutub dalam bukunya Ma’alim Fii Ath-Thariq menyebutkan tiga faktor yang menjadi rahasia mereka mencapai generasi terbaik seperti itu.

Pertama
karena mereka menjadikan Al-Qur’an sebagai satu-satunya sumber pegangan hidup, sekaligus membuang jauh-jauh berbagai sumber-sumber kehidupan lainnya.

Kedua,Ketika membacanya mereka tidak memiliki tujuan-tujuan untuk tsaqafah, pengetahuan, menikmati keindahan ataupun tujuan-tujuan lainnya. Namun tujuan mereka hanya semata-mata untuk mengimplementasikan apa yang diinginkan Allah dalam kehidupan mereka.

Ketiga,
mereka membuang jauh-jauh segala hal yang berhubungan dengan masa lalu ketika jahiliyah. Mereka memandang bahwa Islam merupakan titik tolak perubahan, yang sama sekali terpisah dengan masa lalu, baik yang bersifat pemikiran ataupun kebudayaan.

Tilawatul qur’an; itulah kunci utama kesuksesan mereka. Imam Syahid Hasan Al-Banna mengatakan, “Usahakan agar Anda memiliki wirid harian yang diambil dari kitabullah minimal satu juz per hari dan berusahalah agar jangan mengkhatamkan Al-Qur’an lebih dari sebulan dan jangan kurang dari tiga hari.”

Keutamaan Membaca al-Qur’an
Dalam kitab Riyadhus Shalihin, Imam Nawawi memaparkan hadits-hadits yang berkenaan dengan keutamaan membaca Al-Qur’an.
Di antaranya:

1. Akan menjadi syafaat bagi pembacanya di hari kiamat.
Dari Abu Amamah ra, aku mendengar Rasulullah saw. bersabda, “Bacalah Al-Qur’an, karena sesungguhnya ia akan menjadi syafaat bagi para pembacanya di hari kiamat.” (HR. Muslim)

Minggu, 15 November 2009

aqsha ya aqsha

Kuil Sulaiman, Alasan Penghancuran Masjidil Aqsha

Manusia selalu mencari masa depan cerah yang dapat memperbaiki kondisi kehidupannya. Akan tetapi ketidakadilan dan kekacauan yang ada dalam kehidupan dunia sering menjadi kendala bagi terwujudnya prospek yang diimpikan. Perang, pendudukan, penjajahan dan kejahatan merupakan contoh kendala besar yang menghalangi manusia untuk dapat mewujudkan cita-citanya. Sejak lebih dari setengah abad lalu, khususnya dalam tempo empat tahun terakhir, sejak meletusnya intifada Masjidul Aqsha, orang-orang Zionis membantai rakyat Palestina, menghancurkan rumah dan ladang mereka serta merampas tanah miliki mereka. Lebih menyakitkan lagi, media massa Barat dengan sekuat tenaga menutupi kejahatan tersebut. Kaum Zionis yang dalam hal ini diwakili oleh rezim zionis Israel tidak hanya melakukan kesewernang-wenangan terhadap rakyat Palestina saja, tetapi juga terhadap sejarah dan tempat-tempat suci mereka. Masjidul Aqsha merupakan salah satu contoh yang paling nyata dalam hal ini. Masjid yang amat diagungkan oleh umat Islam ini kini berada di dalam cengkeraman kaum Zionis yang sewaktu-waktu siap untuk menghancurkannya. Masjidul Aqsha adalah simbol ketertindasan dan resistensi bangsa Palestina.Kota Beitul Maqdis atau Jerussalem, tempat Masjidul Aqsha berada, adalah kota yang amat dihormati oleh penganut tiga agama sawami, Islam, Kristen dan Yahudi. Bagi umat Islam, Masjidul Aqsha adalah kiblat pertama dan tempat Nabi Muhammad SAW melakukan perjalanan mikraj ke langit. Di sini pulalah, sejumlah nabi dimakamkan. Al-Qur’an Al-Karim dalam ayat pertama surah Al-Isra menyatakan bahwa Allah telah memberkati sekitar masjid ini. Mikraj Nabi atau perjalanan beliau ke langit yang dimulai dari masjid ini merupakan peristiwa yang paling bersejarah bagi umat Islam.Hanya selang beberapa tahun setelah wafatnya Nabi SAW, umat Islam berhasil merebut kota Beitul Maqdis dari tangan imperium Rumawi tanpa melalui pertumpahan darah. Kini, dengan jatuhnya kota ini ke tangan kaum Zionis, Masjidul Aqsha yang amat dihormati oleh umat Islam, berada dalam ancaman. Sebab, tak tertutupkemungkina, orang-orang Zionis akan menghancurkan masjid ini dengan alasan bahwa masjidul Aqsha dibangun di atas lokasi bekas Kuil Sulaiman. Kuil Sulaiman diyakini sebagai tempat ibadah bani Israil yang dibangun tahun 960 sebelum masehi oleh Nabi Sulaiman as. Akan tetapi 370 tahun setelah itu, tempat ibadah ini dihancurkan oleh bangsa Babilonia yang melakukan ekspansi ke sana. Menyusul kekalahan bangsa Babilonia dari tentara Persia yang dipimpin oleh Cyrus, Kuil Sulaiman kembali dibangun. Tahun 70 Masehi tentara Rumawi menyerang kota Jerussalem dan meratakan tempat ibadah umat yahudi tersebut dengan tanah. Tentara Rumawi tidak menyisakan bekas apapun dari tempat ibadah yang amat diagungkan oleh bani Israil ini.Sekitar saatu abad yang lalu, ketika faham zionisme mulai muncul, para pendukung zionisme mengklaim bahwa masjidul Aqsha dibangun di atas lokasi Kuil Sulaiman. Setelah terbentuknya rezim Zionis Israel di negeri Palestina tahun 1948 yang disusul dengan pendudukan atas kota Beitul Maqdis tahun 1967, kaum Zionis semakin gencar melakuan upaya pengerusakan Masjidul Aqsha untuk mendirikan Kuil Sulaiman di lokasi itu.Menurut kepercayaan kaum Zionis, lokasi Masjidul Aqsha adalah pusat dari negeri Palestina. Untuk itu, dengan menghancurkan masjid ini dan mendirikan Kuil Sulaiman di atas lokasi itu, akan tercipta imipian kaum Zionis. Tak diragukan bahwa agama Yahudi telah mengalami perubahan dan pendistorsian sepanjang sejarah. Dan sekarang, agama yang telah disimpangkan ini dimanfaatkan oleh kaum Zionis untuk mengejar tujuan dan kepentingan mereka. Masalah pembentukan sebuah pemerintahan Yahudi dan kepulangan umat Yahudi ke negeri Palestina yang dijanjikan, merupakan salah satu contoh nyata dalam masalah ini. Padahal tidak sedikit pengikut agama Yahudi dan rabi mereka yang menentang berdirinya rezim Zionis di negeri Palestina. Menyangkut soal pembangunan Kuil Sulaiman, ada friski tajam antara para pengikut agama Yahudi dengan kaum Zionis ekstrem. Umat Yahudi umumnya meyakini bahwa Kuil Sulaiman akan dibangun kembali oleh Messiah yang kelak akan datang untuk memenuhi bumi dengan keadilan. Sementara kaum Zionis bersikeras untuk mendirikan Kuil ini sebelum kedatangan Messiah.Mengenai Kuil Sulaiman, banyak ahli sejarah yang meyakini bahwa lokasi rumah ibadah umat Yahudi ini berada di luar komplek Masjidul Aqsha. Karenanya, jika orang-orang Zionis bersikeras mendirikan kuil sUlaiman, semestinya mereka mendirikannya di lokasinya. Akan tetapi, kelompok ekstrem Zionis tetap menunjuk lokasi Masjidul sebagai lokasi Kuil Sulaiman.Sejak menduduki Beitul Maqdis tahun 1967, orang-orang Zionis telah berkali-kali melakukan upaya penghancuran Masjidul Aqsha, yang salah satunya adalah pembakaran masjid ini tahun 1969. Untuk mencegah kemarahan umat Islam sedunia dan kutukan masyarakat internasional, rezim Zionis mengesankan bahwa aksi pembakaran dilakukan oleh seorang Yahudi ekstrem. Orang yang dituduh sebagai pelaku pembakaran itu dibebaskan setelah melalui proses persidangan yang direkayasa. Setelah peristiwa itu, rezim Zionis Israel sering mengungkapkan adanya kelompok-kelompok yahudi ekstrem yang berusaha menghancurkan masjidul Aqsha. Mereka berulang kali menyerang masjid ini. Secara terorganisir, mereka juga melakukan penggalian di bawah lokasi masjid dengan alasan untuk melakukan riset arkeologi dan mencari sisa-sisa peninggalan Kuil Sulaiman. Pernah juga mereka mengalirkan air di sepanjang galian di bawah masjid untuk menggoyahkan pondasinya. Akibatnya, dinding-dinding Masjidul Aqsha retak dan menurut para pengamat, dengan gempa yang relatif kecilpun kemungkinan masjid yang memiliki nilai kesucian dan sejarah yang tinggi ini akan roboh. Pengerusakan dengan cara ini diharapkan dapat meredam kemarahan umat Islam. Tak dipungkiri bahwa rezim Israel mendukung dan menyujui aksi pengerusakan masjidul Aqsha oleh orang-orang Zionis ekstrem. Akan tetapi, untuk mengelabuhi opini umum dunia, khususnya umat Islam, rezim Tel Aviv menyatakan menentang tindakan ekstrem tersebut. Beberapa bulan lalu, Menteri Keamanan dalam negeri Israel, menyatakan bahwa sekelompok orang Yahudi ekstrem berniat menghancurkan masjidul Aqsha menggunakan pesawat tanpa awak atau melalui sebuah operasi bunuh diri. Operasi itu akan dilakukan ketika jemaah shalat memenuhi masjid tersebut. Dengan pernyataan ini, rezim Tel Aviv berusaha mengesankan bahwa segala bentuk aksi pengerusakan masjidul Aqsha tidak ada kaitannya dengan pemerintah Israel, sebab dilakukan oleh orang-orang ekstrem. Padahal, selama ini rezim Zionis telah melakukan berbagai tindakan yang bis dikategorikan sebagai upaya penghancuran masjidul Aqsha, diantaranya adalah pelarangan warga Palestina untuk memasuki masjid itu, Judaisasi kota Beitul Maqdis, pengusiran umat Islam dari kota ini, pembanguan dinding pemisah di kota ini dan pelarangan untuk merenovasi Masjidul Aqsha.Untuk melegalisasi tindakan perusakan masjidul Aqsha, kelompok-kelompok Yahudi ekstrem meminta surat izin dari pengadilan Israel. Padahal, ketidak legalan rezim ini sudah dapat menjadi bukti akan ketidakabsahan segala bentuk keputusan pengadilannya. Mahkamah tinggi rezim Zionis yang selama ini berusaha mengesankan kenetralan dalam masalah agama, telah mengeluarkan keputusan yang secara tidak langsung mendukung penghancuran Masjidul Aqsha sedikit demi sedikit. Tahun 1983, mahkamah Tinggi Israel mengeluarkan keputusan yang mengijinkan umat Yahudi menjalankan ibadah di pintu Babul Magharibah yang berada di luar komplek Masjidul Aqsha. Tahun 1999, Mahkamah ini mengeluarkan keputusan baru yang mengizinkan warga Yahudi beribadah di halaman Masjidul Aqsha. Pada tahun 2001, Mahkamah Israel mengijinkan umat Yahudi untuk meletakkan batu pondasi untuk pembangunan Kuil Sulaiman di Babul Magharibah.Dengan keputusan ini berarti mahkamah Tinggi Israel mengizinkan kelompok Yahudi ekstrem untuk memisahkan sebagian besar lokasi dari Masjidul Aqsha untuk keperluan pembangunan Kuil Sulaiman. Saat ini, kaum Zionis sedang membangun sebuah rumah ibadah bersebelahan dengan tembok Buraq atau Nudbah di Masjidul Aqsha. Beberapa waktu lalu, Presiden rezim Zionis Israel, Moshe Katsav, mengirimkan surat kepada Perdana Menteri Vatikan yang isinya meminta Vatikan untuk menyerahkan harta peninggalan bekas Kuil Sulaiman yang berada di tangan Paus kepada Israel. Sebab menurut keyakinan kaum Zionis, kekayaan yang ada di dalam Kuil Sulaiman itu pada tahun 70 Masehi diboyong oleh tentara Rumawi ke Vatikan. Satu langkah lagi yang dilakukan oleh kelompok ekstrem Yahudi untuk menghancurkan Masjidul Aqsha adalah mencari sapi yang berbulu merah. Menurut kepercayaan mereka, sebelum membangun Kuil Sulaiman, terlebih dahulu mereka harus menyembelih dan membakar sapi berusia 3 tahun yang berbulu merah dan belum pernah melahirkan anak. Tahun 1997, anak sapi dengan ciri-ciri seperti ini lahir melalui proses perbaikan genetik. Hanya saja mereka menghadapi masalah. Sebab, menurut kepercayaan khufarat ini, sapi itu harus disembelih di kaki gunung zaitun yang saat ini berada dalam kekuasaan pemerintah otonomi Palestina. Karenanya, dalam beberapa tahun terakhir, rezim Zionis berusaha untuk mengosongkan kawasan ini dari orang-orang non Yahudi. Salah satu hal yang menarik dalam proses penghancuran Masjidul Aqsha adalah kerjasama yang dilakukan orang-orang kristen zionis dengan kaum yahudi Zionis. Kristen Zionis adalah kelompok pengikut agam kristen yang memiliki kepercayaan dan pemikiran yang mirip dengan orang-orang Zionis. Mereka juga meyakini bahwa di akhir zaman, Yesus akan kembali di dunia. Untuk menyongsong kedatangan Yesus, Masjidul Aqsha harus dihancurkan dan Kuil Sulaiman harus dibangun di lokasi itu. Kesamaan pandangan inilah yang mendorong dua kelompok dari dua agama berbeda ini saling bekerjasama untuk menghancurkan Masjidul Aqsha. Aksi perusakan Masjidul Aqsha itu terus berjalan, dan kini, tindakan perusakan yang dilakukan secara langsung oleh kelompok-kelompok Zionis esktrem telah sampai di tahap yang sangat berbahaya. Meski penggalian terowongan di lokasi ini terus berjalan, namun sampai saat ini, kaum Zionis masih belum memperoleh satupun bukti yang menunjukkan bahwa masjid ini dibangun di atas lokasi Kuil Sulaiman, seperti yang mereka klaim selama ini. Seandainya pun klaim mereka benar dan Masjidul Aqsha dibangun di atas lokasi bekas Kuil Sulaiman, tentunya tidak logis jika hal ini dijadikan alasan untuk menghancurkan bangunan rumah ibadah umat lain yang masih tegak berdiri, apalagi jika rumah ibadah ini memiliki nilai sejarah yang sangat tinggi. Parahnya, kaum Zionis hanya mengantongi spekulasi dan perkiraan semata tanpa dukngan bukti sejarah yang kuat. Hal ini menunjukkan betapa orang-orang Zionis menutup logika untuk mengejar kepentingannya. Dengan mengantongi lampu hijau dan dukungan AS, kaum Zionis terus melanjutkan aksi perusakan terhadap rumah ibadah yang dihormati oleh 1,5 milyar umat Islam itu. Dari sisi hukum internasional, penghancuran Masjidul Aqsha juga tidak bisa dibenarkan. Sebab, berdasarkan undang-undang internasional, rezim Zionis Israel berkewajiban melindungi masjid ini. Resolusi Dewan Keamanan PBB nomor 242 dan beberapa resolusi PBB lainnya menuntut rezim Tel Aviv untuk mundur dari seluruh wilayah Tepi Barat Sungai Jordan dan Jalur Gaza, dan menyerahkan wilayah itu kepada penduduk aslinya yang tak lain adalah rakyat Palestina. Akan tetapi nampaknya, resolusi PBB hanya dijalankan terhadap negara-negara yang tidak sejalan dengan Barat. Sedangkan untuk Israel yang mendapat dukungan dan perlindungan AS dan Barat, puluhan resolusi PBB akan dianggap bagai angin lalu. Meski aksi penghancuran Masjidul Aqsha telah memicu protes dan kecaman dunia Islam dan masyarakat internasional, akan tetapi, aksi ini tidak akan berhenti, mengingat Israel telah mengantongi dukungan mutlak Barat, khususnya dari AS, dan memperoleh izin untuk melakukan apa saja. Jika tindakan orang-orang Zionis ini benar-benar berujung pada penghancuran total Masjidul Aqsha, tidak ada lagi tindakan yang bisa dilakukan. Saat ini masih ada kesempatan bagi umat Islam untuk melindungi kiblat pertama mereka dan tempat mikraj Nabi. Umat Islam harus bersatu untuk menghadapi arogansi rezim Zionis dan para pendukungnya. Umat Islam memiliki kekuatan besar yang selama ini mereka lupakan. Dengan bersatu, kekuatan dan kepercayaan diri itu akan mereka raih kembali. Sejarah beberapa puluh tahun terakhir ini telah membuktikan bahwa PBB dan pihak manapun juga tidak akan bisa menghentikan aksi perusakan Masjidul Aqsha oleh kaum Zionis. Masjidil Aqsha hanya bisa diselematkan oleh umat Islam, dan mereka inilah yang harus berbuat sesuatu.
Tergerakkah hati anda setelah membaca arsip ini??
buktikan ummat isalam adalah satu dan dapat bersatu!

Jumat, 06 November 2009

Duta islam yang pertama

Mush'ab Bin Umair


Duta Islam Yang Pertama

Mush'ab bin Umair salah seorang diantara para shahabat Nabi. Alangkah baiknya jika kita memulai kisah dengan pribadinya: Seorang remaja Quraisy terkemuka, seorang yang paling ganteng dan tampan, penuh dengan jiwa dan semangat kemudaan. Para muarrikh dan ahli riwayat melukiskan semangat kemudaannya dengan kalimat: "Seorang warga kota Mekah yang mempunyai nama paling harum". Ia lahir dan dibesarkan dalam kesenangan, dan tumbuh dalam lingkungannya. Mungkin tak seorangpun diantara anak-anak muda Mekah yang beruntung dimanjakan oleh kedua orang tuanya demikian rupa sebagai yang dialami Mush'ab bin Umair.

Mungkinkah kiranya anak muda yang serba kecukupan, biasa hidup mewah dan manja, menjadi buah-bibir gadis-gadis Mekah dan menjadi bintang di tempat-tempat pertemuan, akan meningkat menjadi tamsil dalam semangat kepahlawanan? Sungguh, suat riwayat penuh pesona, riwayat Mush'ab bin Umair atau "Mush'ab yang baik", sebagai biasa digelarkan oleh Kaum Muslimin. Ia salah satu diantara pribadi-pribadi Muslimin yang ditempa oleh Islam dan dididik oleh Muhammad SAW.

· Tetapi corak pribadi manakah? · Sungguh, kisah hidupnya menjadi kebanggaan bagi kemanusiaan umumnya.


Suatu hari anak muda ini mendengar berita yang telah tersebar luas dikalangan warga Mekah mengenai Muhammad Al-Amin...Muhammad SAW, yang mengatakan bahwa dirinya telah diutus Allah sebagai pembawa berita suka maupun duka, sebagi da'i yang mengajak ummat beribadat kepada Allah Yang Maha Esa. Sementara perhatian warga Mekah terpusat pada berita itu dan tiada yang menjadi buah pembicaraan mereka kecuali tentang Rasulullah SAW serta Agama yang dibawanya, maka anak muda yang manja ini paling banyak mendengar berita itu. Karena walaupun usianya masih belia, tetapi ia menjadi bunga majlis tempat-tempat pertemuan yang selalu diharapkan kehadirannya oleh para anggota dan teman-temannya. Gayanya yang tampan dan otaknya yang cerdas merupakan keistimewaan Ibnu Umair, menjadi daya pemikat dan pembuka jalan pemecahan masalah.


Diantara berita yang didengarnya ialah bahwa Rasulullah bersama pengikutnya biasa mengadakan pertemuan di suatu tempat yang terhindar jauh dari gangguan gerombolan Quraisy dan ancaman-ancamannya, yaitu di bukit Shafa di rumah Arqam bin Abil Arqam. Keraguannya tiada berjalan lama, hanya sebentar waktu ia menunggu, maka pada suatu senja didorong oleh kerinduannya pergilah ia ke rumah Arqam menyertai rombongan itu. Di tempat itu Rasulullah SAW sering berkumpul dengan para shahabatnya, tempat mengajarnya ayat-ayat Al-Qur'an dan membawa mereka shalat beribadat kepada Allah Yang Maha Akbar.

Baru saja Mush'ab mengambil tempat duduknya, ayat-ayat Al-Qur'an mulai mengalir dari kalbu Rasulullah bergema melalui kedua bibirnya dan sampai ke telinga, meresap di hati para pendengar. Di senja itu Mush'ab pun terpesona oleh untaian kalimat Rasulullah yang tepat menemui sasaran pada kalbunya.

Hampir saja anak muda itu terangkat dari tempat duduknya karena rasa haru, dan serasa terbang ia karena gembira. Tetapi Rasulullah mengulurkan tangannya yang penuh berkat dan kasih sayang dan mengurut dada pemuda yang sedang panas bergejolak, hingga tiba-tiba menjadi sebuah lubuh hati yang tenang dan damai, tak obah bagai lautan yang teduh dan dalam. Pemuda yang telah Islam dan Iman itu nampak telah memiliki ilmu dan hikmah yang luas - berlipat ganda dari ukuran usianya - dan mempunyai kepekatan hati yang mempu merubah jalan sejarah..!

Khunas binti Malik yakni ibunda Mush'ab, seorang yang berkepribadian kuat dan pendiriannya tak dapat ditawar atau diganggu gugat, Ia wanit yang disegani bahkan ditakuti.

Ketika Mush'ab menganut Islam, tiada satu kekuatanpun yang ditakuti dan dikhawatirkannya selain ibunya sendiri, bahkan walau seluruh penduduk Mekah beserta berhala-berhala para pembesar dan padang pasirnya berubah rupa menjadi suatu kekuatan yang menakutkan yang hendak menyerang dan menghancurkannya, tentulah Mush'ab akan menganggapnya enteng. Tapi tantangan dari ibunya bagi Mush'ab tidak dapat dianggap kecil. Ia pun segera berpikir keras dan mengambil keputusan untuk menyembunyikan keislamannya sampai terjadi sesuatu yang dikehendaki Allah. Demikianlah ia senantiasa bolak-balik ke rumah Arqam menghadiri majlis Rasulullah, sedang hatinya merasa bahagia dengan keimanan dan sedia menebusnya dengan amarah murka ibunya yang belum mengetahui berita keislamannya.


Tetapi di kota Mekah tiada rahasia yang tersembunyi, apalagi dalam suasana seperti itu. Mata kaum Quraisy berkeliaran dimana-mana mengikuti setiap langkah dan menyelusuri setiap jejak. Kebetulan seorang yang bernama Utsman bin Thalhah melihat Mush'ab memasuki rumah Arqam secara sembunyi. Kemudian pada hari yang lain dilihatnya pula ia shalat seperti Muhammad SAW. Secepat kilat ia mendapatkan ibu Mush'ab dan melaporkan berita yang dijamin kebenarannya.

Berdirilah Mush'ab di hadapan ibu dan keluarganya serta para pembesar Mekah yang berkumpul di rumahnya. Dengan hati yang yakin dan pasti dibacakannya ayat-ayat Al-Qur'an yang disampaikan Rasulullah untuk mencuci hati nurani mereka, mengisinya dengan hikmah dan kemuliaan, kejujuran dan ketaqwaan.

Ketika sang ibu hendak membungkam mulut peteranya dengan tamparan keras, tiba-tiba tangan yang terulur bagi anak panah itu surut dan jatuh terkulai - demi melihat nur atau cahaya yang membuat wajah yang telah berseri cemerlang itu kian berwibawa dan patut diindahkan - menimbulkan suatu ketenangan yang mendorong dihentikannya tindakan. Karena ras keibuannya, ibunda Mush'ab terhindar memukul dan menyakiti puteranya, tetapi tak dapat menahan diri dari tuntutan bela berhala-berhalanya dengan jalan lain. Dibawalah puteranyaitu ke suatu tempat terpencil di rumahnya, lalu dikurung dan dipenjarakannya amat rapat.


Demikianlah beberapa lama Mush'ab tinggal dalam kurungan sampai saat beberapa orang Muslimin hijrah ke Habsyi. Mendengar berita hijrah ini Mush'ab pun mencari muslihat, dan berhasil mengelabui ibu dan penjaga-penjaganya, lalu pergi ke Habsyi melindungkan diri. Ia tinggal di sana bersama saudara-saudaranya kaum Muslimin, lalu pulang ke Mekah. Kemudian ia pergi lagi hijrah kedua kalinya bersama para shahabat atas titah Rasulullah dan karena taat kepadanya.

Baik di Habsyi ataupun di Mekah, ujian dan penderitaan yang harus dilalui Mush'ab di tiap saat dan tempat kian meningkat. Ia selesai dan berhasil menempa corak kehidupannya menurut pola yang modelnya telah dicontohkan Muhammad SAW. Ia merasa puas bahwa kehidupannya telah layak untuk dipersembahkan bagi pengorbanan terhadap Penciptanya Yang Maha Tinggi, Tuhannya Yang Maha Akbar.

Pada Suatu hari ia tampil di hadapan beberapa orang Muslimin yang sedang duduk sedeliling Rasulullah SAW. Demi memandang Mush'ab, mereka sama menundukkan kepala dan memejamkan mata, sementara beberapa orang matanya basah karena duka. Mereka melihat Mush'ab memakai jubah usang yang bertambal-tambal, padahal belum lagi hilang dari ingatan mereka - pakaiannya sebelum masuk Islam - tak obahnya bagaikan kembang di taman, berwarna-warni dan menghamburkan bau yang wangi. Adapun Rasulullah, menatapnya dengan pandangan penuh arti, disertai cinta kasih dan syukur dalam hati, pada kedua bibirnya tersungging senyuman mulia, seraya berkata yang artinya : "Dahulu saya lihat Mush'ab ini tak ada yang mengimbangi dalam memperoleh kesenangan dari orang tuanya, kemudian ditinggalkannya semua itu demi cintanya kepada Allah dan Rasul-Nya."


Semenjak ibunya merasa putus asa untuk mengembalikan Mush'ab kepada agama yang lama, ia telah menghentikan segala pemberian yang biasa dilimpahkan kepadanya, bahkan ia tak sudi nasinya dimakan orang yang telah mengingkari berhala dan patutu beroleh kutukan daripadanya, walau anak kandungnya sendiri.

Akhir pertemuan Mush'ab dengan ibunya, ketika perempuan itu hendak mencoba mengurungnya lagi sewaktu ia pulang dari Habsyi. Ia pun bersumpah dan menyatakan tekadnya untuk membunuh orang-orang suruhan ibunya bila rencana itu dilakukan. Karena san ibu telah mengetahui kebulatan tekad puteranya yang telah mengambil satu keputusan, tak ada jalan lain baginya kecuali melepasnya dengan cucuran air mata, sementara Mush'ab mengucapkan selamat berpisah dengan menangis pula.


Saat perpisahan itu menggambarkan kepada kita kegigihan luar biasa dalam kekafiran fihak ibu, sebaliknya kebulatan tekad yang lebih besar dalam mempertahankan keimanan dari fihak anak. Ketika sang ibu mengusirnya dari rumah sambil berkata : "Pergilah sesuka hatimu! Aku bukan ibumu lagi". Maka Mush'ab pun menghampiri ibunya sambil berkata : "Wahai bunda! Telah anakanda sampaikan nasihat kepada bunda, dan anakanda menaruh kasihan kepada bunda. Karena itu saksikanlah bahwa tiada Tuhan melainkan Allah, dan Muhammad adalah hamba dan utusan-Nya".


Dengan murka dan naik darah ibunya menyahut : "Demi bintang! sekali-kali aku takkan masuk ke dalam Agamamu itu. Otakku bisa jadi rusak, dan buah pikiranku takkan diindahkan orang lagi". Demikian Mush'ab meninggalkan kemewahan dan kesenangan yang dialaminya selama itu, dan memilih hidup miskin dan sengsara. Pemuda ganteng dan perlente itu, kini telah menjadi seorang melarat dengan pakaiannya yang kasar dan usang, sehari makan dan beberapa hari menderita lapar.

Tapi jiwanya yang telah dihiasi dengan aqidah suci dan cemerlang berkat sepuhan Nur Ilahi, telah merubah dirinya menjadi seorang manusia lain, yaitu manusia yang dihormati, penuh wibawa dan disegani.

Suatu saat Mush'ab dipilih Rasulullah untuk melakukan suatu tugas maha penting saat itu. Ia menjadi duta atau utusan Rasul ke Madinah untuk mengajarkan seluk beluk Agama kepada orang-orang Anshar yang telah beriman dan bai'at kepada Rasulullah di bukit Aqabah. Di samping itu mengajak orang-orang lain untuk menganut Agama Allah, serta mempersiapkan kota Madinah untuk menyambut hijratul Rasul sebagai peristiwa besar.


Sebenarnya di kalangan shahabat ketika itu masih banyak yang lebih tua, lebih berpengaruh dan lebih dekat hubungan kekeluargaannya dengan Rasulullah daripada Mush'ab. Tetapi Rasulullah menjatuhkan pilihannya kepada "Mush'ab yang baik". Dan bukan tidak menadari sepenuhnya bahwa beliau telah memikulkan tugas amat penting ke atas pundak pemuda itu dan meyerahkan kepadanya tanggung jawab nasib Agama Islam di kota Madinah, suatu kota yang tak lama lagi akan menjadi kota tepatan atau kota hijrah, pusat para da'i dan da'wah tempat berhimpunnya penyebar Agama dan pembela Al-Islam.


Mush'ab memikul amant itu dengan bekal karunia Allah kepadanya, berupa fikiran yang cerdas dan budi yang luhur. Dengan sifat zuhud, kejujuran dan kesungguhan hati, ia berhasil melunakkan dan menawan hati penduduk Madinah hingga mereka berduyun-duyun masuk Islam. Sesampainya di Madinah, didapatinya Kaum Muslimin di sana tidak lebih dari dua belas orang, yakni hanya orang-orang yang telah bai'at di bukit Aqabah. Tetapi tiada sampai beberapa bulan kemudian, meningkatlah orang yang sama-sama memenuhi panggilan Allah dan Rasul-Nya.


Pada musim haji berikutnya dari perjanjian Aqabah, Kaum Muslimin Madinah mengirim perutusan yang mewakili mereka menemui Nabi. Dan perutusan itu dipimpin oleh guru mereka, oleh duta yang dikirim Nabi kepada mereka, yaitu Mush'ab bin Umair. Dengan tidakannya yang tepat dan bijaksana, Mush'ab bin Umair telah membuktikan bahwa pilihan Rasulullah SAW atas dirinya itu tepat. Ia memahami tugas dengan sepenuhnya, hingga tak terlanjur melampaui batas yang telah diterapkan. Ia sadar bahwa tugasnya adalah menyeru kepada Allah, menyampaikan berita gembira lahirnya suatu Agama yang mengajak manusia mencapai hidayah Allah, membimbing mereka ke jalan yang lurus. Akhlaknya mengikuti pola hidup Rasulullah SAW yang diimaninya yang mengemban kewajiban hanya menyampaikan belaka....


Di Madinah Mush'ab tinggal sebagai tamu di rumah As'ad bin Zararah. Dengan didampingi As'ad, ia pergi mengunjungi kabilah-kabilah, rumah-rumah dan tempat-tempat pertemuan, untuk membacakan ayat-ayat Kitab Suci dari Allah, menyampaikan kalimatullah "bahwa Allah Tuhan Maha Esa" secara hati-hati.

Pernah ia menghadapi beberapa peristiwa yang mengancam keselamatan diri sert shahabatnya, yang nyaris celaka kalau tidak karena kecerdasan akal dan kebesaran jiwanya. Suatu hari, ketika ia sedanga memberikan petuah kepada orang-orang, tiba-tiba disergap Usaid bin Hudlair kepala suku kabilah Abdul Asyhal di Madinah. Usaid menolong Mush'ab dengan menyentakkan lembingnya. Bukan main marah dan murkanya Usaid, menyaksikan Mush'ab yang dianggap akan mengacau dan menyelewengkan anak buahnya dari agama mereka, serta mengemukakan Tuhan Yang Maha Esa yang belum pernah mereka kenal dan dengar sebelum itu. Padahal menurut anggapan Usaid, tuhan-tuhan mereka yang bersimpuh lena di tempatnya masing-masing mudah dihubungi secara kongkrit. Jika seseorang memerlukan salah satu diantaranya, tentulah ia akan mengetahui tempatnya dan segera pergi mengunjunginya untuk memaparkan kesulitan serta menyampaikan permohonan.....Demikianlah yang tergambar dan terbayang dalam fikiran suku Abdul Asyhal. Tetapi Tuhannya Muhammad SAW - yang diserukan beribadah kepada-Nya - oleh utusan yang datang kepada mereka itu, tiadalah yang mengetahui tempat-Nya dan tak seorangpun yang dapat melihat-Nya.


Demi dilihat kedatangan Usaid bin Hudlair yang murka bagaikan api sedang berkobar kepada orang-orang Islam yang duduk bersama Mush'ab, mereka pun merasa kecut dan takut. Tetapi "Mush'ab yang baik" tetap tinggal tenang dengan air muka yang tidak berubah. Bagaikan singa hendak menerkam, Usaid berdiri di depan Mush'ab dan As'ad bin Zararah, bentaknya : "Apa maksud kalian datang ke kampung kami ini, apakah hendak membodohi rakyat kecil kami? Tinggalkan segera tempat ini, jika tak ingin segera nyawa kalian melayang!"

Seperti tenang dan mantapnya samudera dalam.....,laksana terang dan damainya cahaya fajar...., terpancarlah ketulusan hati "Mush'ab yang baik", dan bergeraklah lidahnya mengeluarkan ucapan halus, katanya : "Kenapa anda tidak duduk dan mendengarkan dulu? Seandarinya anda menyukai nanti, anda dapat menerimanya. Sebaliknya jika tidak, kami akan menghentikan apa yang tidak anda sukai itu!"

Sebenarnya Usaid seorang berakal dan berfikiran sehat. Dan sekarang ini ia diajak oleh Mush'ab untuk berbicara dan meminta pertimbangan kepada hati nuraninya sendiri. Yang dimintanya hanyalah agar ia bersedia mendengar dan bukan lainnya. Jika ia menyetujui, ia akan membiarkan Mush'ab, dan jika tidak, maka Mush'ab berjanji akan meninggalkan kampung dan masyarakat mereka untuk mencari tempat dan masyarakat lain, dengan tidak merugikan ataupun dirugikan orang lain.

"Sekarang saya insaf", ujar Usaid, lalu menjatuhkan lembingnya ke tanah dan duduk mendengarkan. Demi Mush'ab membacakan ayat-ayat Al-Qur'an dan menyampaikan da'wah yang dibawa oleh Muhammad bin Abdullah SAW, maka dada Usaid pun mulai terbuka dan bercahaya, beralun berirama mengikuti naik turunnya suara serta meresapi keindahannya. Dan belum lagi Mush'ab selesai dari uraiannya, Usaid pun berseru kepadanya dan kepada shahabatnya : "Alangkah indah dan benarnya ucapan itu . . .! Dan apakah yang harus dilakukan oleh orang yang hendak masuk Agama ini?" Maka sebagai jawabannya gemuruhlah suara tahlil, serempak seakan hendak menggoncangkan bumi. Kemudian ujar Mush'ab : "Hendaklah ia mencsucikan diri, pakaian dan badannya, serta bersaksi bahwa tiada Tuhan yang haq diibadahi melainkan Allah".


Beberapa lama Usaid meninggalkan mereka, kemudian kembali sambil memeras air dari rambutnya, lalu ia berdiri sambil menyatakan pengakuannya bahwa tiada Tuhan yang haq diibadahi melainkan Allah dan bahwa Muhammad itu utusan Allah . . . . Secepatnya berita itu pun tersiarlah. Keislaman Usaid disusul oleh kehadiran Sa'ad bin Mu'adz. Dan setelah mendengar uraian Mush'ab, Sa'ad merasa puas dan masuk Islam pula. Langkah itu disusul pula oleh Sa'ad bin Ubadah. Dan dengan keislaman mereka ini, berarti selesailah persoalan dengan berbagai suku yang ada di Madinah. Warga kota Madinah saling berdatangan dan tanya-bertanya sesama mereka : "Jika Usaid bin Hudlair, Sa'ad bin Ubadah dan Sa'ad bin Mu'adz telah masuk Islam, apalagi yang kita tunggu . . . . Ayolah kita pergi kepada Mush'ab dan beriman bersamanya! Kata orang, kebenaran itu terpancar dari celah-celah giginya!"


Demikianlah duta Rasulullah yang pertama telah mencapai hasil gemilang yang tiada taranya, suatu keberhasilan yang memang wajar dan layak diperolehnya. Hari-hari dan tahun-tahun pun berlalu, dan Rasulullah bersama para shahabatnya hijrah ke Madinah. Orang-orang Quraisy semakin geram dengan dendamnya, mereka menyiapkan tenaga untuk melanjutkan tindakan kekerasan terhadap hamba-hamba Allah yang shaleh. Terjadilah perang Badar dan kaum Quraisy pun beroleh pelajaran pahit yang menghabiskan sisa-sisa fikiran sehat mereka, hingga mereka berusaha untuk menebus kekalahan. Kemudian datanglah giliran perang Uhud, dan Kaum Muslimin pun bersiap-siap mengatur barisan. Rasulullah berdiri di tengah barisan itu, menatap setiap wajah orang beriman menyelidiki siapa yang sebaiknya membawa bendera. Maka terpanggillah "Mush'ab yang baik", dan pahlawan itu tampil sebagai pembawa bendera.


Peperangan berkobar lalu berkecamuk dengan sengitnya. Pasukan panah melanggar tidak mentaati peraturan Rasulullah, mereka meninggalkan kedudukannya di celah bukit setelah melihat orang-orang musyrik menderita kekalahan dan mengundurkan diri. Perbuatan merekaitu secepatnya merubah suasana, hingga kemenangan Kaum Muslimin beralih menjadi kekalahan. Dengan tidak diduga pasukan berkuda Quraisy menyerbu Kaum Muslimin dari puncak bukit, lalu tombak dan pedang pun berdentang bagaikan mengamuk, membantai Kaum Muslimin yang tengah kacau balau. Melihat barisan Kaum Muslimin porak poranda, musuh pun menujukan serangan ke arah Rasulullah dengan maksud menghantamnya.


Mush'ab bin Umair menyadari suasana gawat ini. Maka diacungkannya bendera setinggi-tingginya dan bagaikan ngauman singa ia bertakbir sekeras-kerasnya, lalu maju ke muka, melompat, mengelak dan berputar lalu menerkam. Minatnya tertuju untuk menarik perhatian musuh kepadanya dan melupakan Rasulullah SAW. Dengan demikian dirinya pribadi bagaikan membentuk barisan tentara.

Sungguh, walaupun seorang diri, tetapi Mush'ab bertempur laksana pasukan tentara besar . . . . Sebelah tangannya memegang bendera bagaikan tameng kesaktian, sedang yang sebelah lagi menebaskan pedang dengan matanya yang tajam . . . . Tetapi musuh kian bertambah banyak juga, mereka hendak menyeberang dengan menginjak-injak tubuhnya untuk mencapai Rasulullah.

Sekarang marilah kita perhatikan saksi mata, yang akan menceriterakan saat-saat terakhir pahlawan besar Mush'ab bin Umair. Berkata Ibnu Sa'ad : "Diceriterakan kepada kami oleh Ibrahim bin Muhammad bin Syurahbil Al-Abdari dari bapaknya. Ia berkata : "Mush'ab bin Umair adalah pembawa bendera di Perang Uhud. Tatkala barisan Kaum Muslimin pecah, Mush'ab bertahan pada kedudukannya. Datanglah seorang musuh berkuda, Ibnu Qumaiah namanya, lalu menebas tangannya hingga putus, sementara Mush'ab mengucapkan : "Muhammad itu tiada lain hanyalah seorang Rasul, yang sebelumnya telah didahului oleh beberapa Rasul". Maka dipegangnya bendera dengan tangan kirinya sambil membungkuk melindunginya. Musuh pun menebas tangan kirinya itu hingga putus pula. Mush'ab membungkuk ke arah bendera, lalu dengan kedua pangkal lengan meraihnya ke dada sambil mengucapkan : "Muhammad itu tiada lain hanyalah seorang Rasul, dan sebelumnya telah didahului oleh beberapa Rasul". Lalu orang berkuda itu menyerangnya ketiga kali dengan tombak, dan menusukkannya hingga tombak itu pun patah. Mush'ab pun gugur, dan bendera jatuh."

Gugurlah Mush'ab dan jatuhlah bendera . . . . Ia gugur sebagai bintang dan mahkota para syuhada . . . . Dan hal itu dialaminya setelah dengan keberanian luar biasa mengarungi kancah pengurbanan dan keimanan. Di saat itu Mush'ab berpendapat bahwa sekiranya ia gugur, tentulah jalan para pembunuh akan terbuka lebar menuju Rasulullah tanpa ada pembela yang akan mempertahankannya. Demi cintanya yang tiada terbatas kepada Rasulullah dan cemas memikirkan nasibnya nanti, ketika ia akan pergi berlalu, setiap kali pedang jatuh menerbangkan sebelah tangannya, dihiburnya dirinya dengan ucapan : "Muhammad itu tiada lain hanyalah seorang Rasul, dan sebelumnya telah didahului oleh beberapa Rasul".

Kalimat yang kemudian dikukuhkan sebagai wahyu ini selalu diulang dan dibacnya sampai selesai, hingga akhirnya menjadi ayat Al-Qur'an yang selalu dibaca orang. Setelah pertempuran usai, ditemukanlah jasad pahlawan ulung yang syahid itu terbaring dengan wajah menelungkup ke tanah digenangi darahnya yang mulai . . . . Dan seolah-olah tubuh yang telah kaku itu masih takut menyaksikan bila Rasulullah ditimpa bencana, maka disembunyikan wajahnya agar tidak melihat peristiwa yang dikhawatirkan dan ditakutinya itu. Atau mungkin juga ia merasa malu karena telah gugur sebelum hatinya tenteram beroleh kepastian akan keselamatan Rasulullah, dan sebelum ia selesai menunaikan tugasnya dalam membela dan mempertahankan Raulullah sampai berhasil.

· Wahai Mush'ab cukuplah bagimu Ar-Rahman . . . . · Namamu harum semerbak dalam kehidupan

Rasulullah bersama para shahabat datang meninjau medan pertempuran untuk menyampaikan perpisahan kepada para syuhada. Ketika sampai di tempat terbaringnya jasad Mush'ab, bercucuranlah dengan deras air matanya. Berkata Khabbah Ibnul Urrat : "Kami hijrah di jalan Allah bersama Rasulullah SAW dengan mengharap keridhaan-Nya, hingga pastilah sudah pahala di sisi allah. Di antara kami ada yang telah berlalu sebelum menikmati pahalanya di dunia ini sedikit pun juga. Di antaranya ialah Mush'ab bin Umair yang tewas di perang Uhud. Tak sehelai pun kain untuk menutupinya selain sehelai burdah. Andainya ditaruh di atas kepalanya, terbukalah kedua belah kakinya. Sebaliknya bila ditutupkan di kakinya, terbukalah kepalanya. Maka sabda Rasulullah SAW : "Tutupkanlah ke bagian kepalanya, dan kakinya tutuplah dengan rumput idzkhir!"

Betapa pun luka pedih dan duka yang dalam menimpa Rasulullah karena gugur pamanda Hamzah dan dirusak tubuhnya oleh orang-orang musyrik demikian rupa, hingga bercucurlah air mata Nabi . . . . Dan betapapun penuhnya medan laga dengan mayat para shahabat dan kawan-kawannya, yang masing-masing mereka baginya merupakan panji-panji ketulusan, kesucian dan cahaya . . . Betapa juga semua itu, tapi Rasulullah tak melewatkan berhenti sejenak dekat jasad dutanya yang pertama, untuk melepas dan mengeluarkan isi hatinya . . . . Memang, Rasulullah berdiri di depan Mush'ab bin Umair dengan pandangan mata yang pendek bagai menyelubunginya dengan kesetiaan dan kasih sayang, dibacakannya ayat dalam Surah Al-Ahzab : 23 yang artinya : "Di antara orang-orang Mu'min terdapat pahlawan-pahlawan yang telah menepati janjinya dengan Allah."

Kemudian dengan mengeluh memandangi burdah yang digunakan untuk kain tutupnya, seraya bersabda : "Ketika di Mekah dulu, tak seorang pun aku lihat yang lebih halus pakaiannya dan lebih rapi rambutnya daripadanya. Tetapi sekarang ini, dengan rambutmu yang kusut masai, hanya dibalut sehelai burdah." Setelah melayangkan pandang, pandangan sayu ke arah medan serta para syuhada kawan-kawan Mush'ab yang tergeletak di atasnya, Rasulullah berseru : "Sungguh, Rasulullah akan menjadi saksi nanti di hari qiamat, bahwa tuan-tuan semua adalah syuhada di sisi Allah."

Kemudian sambil berpaling ke arah shahabat yang masih hidup, sabdanya : "Hai manusia! Berziarahlah dan berkunjunglah kepada mereka, serta ucapkanlah salam! Demi Allah yang menguasai nyawaku, tak seorang Muslim pun sampai hari qiamat yang memberi salam kepada mereka, pasti mereka akan membalasnya."

Salam atasmu wahai Mush'ab . . . . Salam atasmu sekalian, wahai para syuhada . . . . Assalamu 'alaikum warahmatullahi wabarakatuh. ..............


Oleh : Al-Islam - Pusat Informasi dan Komunikasi Islam Indonesia

Mush'ab Bin Umair


Duta Islam Yang Pertama

Mush'ab bin Umair salah seorang diantara para shahabat Nabi. Alangkah baiknya jika kita memulai kisah dengan pribadinya: Seorang remaja Quraisy terkemuka, seorang yang paling ganteng dan tampan, penuh dengan jiwa dan semangat kemudaan. Para muarrikh dan ahli riwayat melukiskan semangat kemudaannya dengan kalimat: "Seorang warga kota Mekah yang mempunyai nama paling harum". Ia lahir dan dibesarkan dalam kesenangan, dan tumbuh dalam lingkungannya. Mungkin tak seorangpun diantara anak-anak muda Mekah yang beruntung dimanjakan oleh kedua orang tuanya demikian rupa sebagai yang dialami Mush'ab bin Umair.

Mungkinkah kiranya anak muda yang serba kecukupan, biasa hidup mewah dan manja, menjadi buah-bibir gadis-gadis Mekah dan menjadi bintang di tempat-tempat pertemuan, akan meningkat menjadi tamsil dalam semangat kepahlawanan? Sungguh, suat riwayat penuh pesona, riwayat Mush'ab bin Umair atau "Mush'ab yang baik", sebagai biasa digelarkan oleh Kaum Muslimin. Ia salah satu diantara pribadi-pribadi Muslimin yang ditempa oleh Islam dan dididik oleh Muhammad SAW.

· Tetapi corak pribadi manakah? · Sungguh, kisah hidupnya menjadi kebanggaan bagi kemanusiaan umumnya.


Suatu hari anak muda ini mendengar berita yang telah tersebar luas dikalangan warga Mekah mengenai Muhammad Al-Amin...Muhammad SAW, yang mengatakan bahwa dirinya telah diutus Allah sebagai pembawa berita suka maupun duka, sebagi da'i yang mengajak ummat beribadat kepada Allah Yang Maha Esa. Sementara perhatian warga Mekah terpusat pada berita itu dan tiada yang menjadi buah pembicaraan mereka kecuali tentang Rasulullah SAW serta Agama yang dibawanya, maka anak muda yang manja ini paling banyak mendengar berita itu. Karena walaupun usianya masih belia, tetapi ia menjadi bunga majlis tempat-tempat pertemuan yang selalu diharapkan kehadirannya oleh para anggota dan teman-temannya. Gayanya yang tampan dan otaknya yang cerdas merupakan keistimewaan Ibnu Umair, menjadi daya pemikat dan pembuka jalan pemecahan masalah.


Diantara berita yang didengarnya ialah bahwa Rasulullah bersama pengikutnya biasa mengadakan pertemuan di suatu tempat yang terhindar jauh dari gangguan gerombolan Quraisy dan ancaman-ancamannya, yaitu di bukit Shafa di rumah Arqam bin Abil Arqam. Keraguannya tiada berjalan lama, hanya sebentar waktu ia menunggu, maka pada suatu senja didorong oleh kerinduannya pergilah ia ke rumah Arqam menyertai rombongan itu. Di tempat itu Rasulullah SAW sering berkumpul dengan para shahabatnya, tempat mengajarnya ayat-ayat Al-Qur'an dan membawa mereka shalat beribadat kepada Allah Yang Maha Akbar.

Baru saja Mush'ab mengambil tempat duduknya, ayat-ayat Al-Qur'an mulai mengalir dari kalbu Rasulullah bergema melalui kedua bibirnya dan sampai ke telinga, meresap di hati para pendengar. Di senja itu Mush'ab pun terpesona oleh untaian kalimat Rasulullah yang tepat menemui sasaran pada kalbunya.

Hampir saja anak muda itu terangkat dari tempat duduknya karena rasa haru, dan serasa terbang ia karena gembira. Tetapi Rasulullah mengulurkan tangannya yang penuh berkat dan kasih sayang dan mengurut dada pemuda yang sedang panas bergejolak, hingga tiba-tiba menjadi sebuah lubuh hati yang tenang dan damai, tak obah bagai lautan yang teduh dan dalam. Pemuda yang telah Islam dan Iman itu nampak telah memiliki ilmu dan hikmah yang luas - berlipat ganda dari ukuran usianya - dan mempunyai kepekatan hati yang mempu merubah jalan sejarah..!

Khunas binti Malik yakni ibunda Mush'ab, seorang yang berkepribadian kuat dan pendiriannya tak dapat ditawar atau diganggu gugat, Ia wanit yang disegani bahkan ditakuti.

Ketika Mush'ab menganut Islam, tiada satu kekuatanpun yang ditakuti dan dikhawatirkannya selain ibunya sendiri, bahkan walau seluruh penduduk Mekah beserta berhala-berhala para pembesar dan padang pasirnya berubah rupa menjadi suatu kekuatan yang menakutkan yang hendak menyerang dan menghancurkannya, tentulah Mush'ab akan menganggapnya enteng. Tapi tantangan dari ibunya bagi Mush'ab tidak dapat dianggap kecil. Ia pun segera berpikir keras dan mengambil keputusan untuk menyembunyikan keislamannya sampai terjadi sesuatu yang dikehendaki Allah. Demikianlah ia senantiasa bolak-balik ke rumah Arqam menghadiri majlis Rasulullah, sedang hatinya merasa bahagia dengan keimanan dan sedia menebusnya dengan amarah murka ibunya yang belum mengetahui berita keislamannya.


Tetapi di kota Mekah tiada rahasia yang tersembunyi, apalagi dalam suasana seperti itu. Mata kaum Quraisy berkeliaran dimana-mana mengikuti setiap langkah dan menyelusuri setiap jejak. Kebetulan seorang yang bernama Utsman bin Thalhah melihat Mush'ab memasuki rumah Arqam secara sembunyi. Kemudian pada hari yang lain dilihatnya pula ia shalat seperti Muhammad SAW. Secepat kilat ia mendapatkan ibu Mush'ab dan melaporkan berita yang dijamin kebenarannya.

Berdirilah Mush'ab di hadapan ibu dan keluarganya serta para pembesar Mekah yang berkumpul di rumahnya. Dengan hati yang yakin dan pasti dibacakannya ayat-ayat Al-Qur'an yang disampaikan Rasulullah untuk mencuci hati nurani mereka, mengisinya dengan hikmah dan kemuliaan, kejujuran dan ketaqwaan.

Ketika sang ibu hendak membungkam mulut peteranya dengan tamparan keras, tiba-tiba tangan yang terulur bagi anak panah itu surut dan jatuh terkulai - demi melihat nur atau cahaya yang membuat wajah yang telah berseri cemerlang itu kian berwibawa dan patut diindahkan - menimbulkan suatu ketenangan yang mendorong dihentikannya tindakan. Karena ras keibuannya, ibunda Mush'ab terhindar memukul dan menyakiti puteranya, tetapi tak dapat menahan diri dari tuntutan bela berhala-berhalanya dengan jalan lain. Dibawalah puteranyaitu ke suatu tempat terpencil di rumahnya, lalu dikurung dan dipenjarakannya amat rapat.


Demikianlah beberapa lama Mush'ab tinggal dalam kurungan sampai saat beberapa orang Muslimin hijrah ke Habsyi. Mendengar berita hijrah ini Mush'ab pun mencari muslihat, dan berhasil mengelabui ibu dan penjaga-penjaganya, lalu pergi ke Habsyi melindungkan diri. Ia tinggal di sana bersama saudara-saudaranya kaum Muslimin, lalu pulang ke Mekah. Kemudian ia pergi lagi hijrah kedua kalinya bersama para shahabat atas titah Rasulullah dan karena taat kepadanya.

Baik di Habsyi ataupun di Mekah, ujian dan penderitaan yang harus dilalui Mush'ab di tiap saat dan tempat kian meningkat. Ia selesai dan berhasil menempa corak kehidupannya menurut pola yang modelnya telah dicontohkan Muhammad SAW. Ia merasa puas bahwa kehidupannya telah layak untuk dipersembahkan bagi pengorbanan terhadap Penciptanya Yang Maha Tinggi, Tuhannya Yang Maha Akbar.

Pada Suatu hari ia tampil di hadapan beberapa orang Muslimin yang sedang duduk sedeliling Rasulullah SAW. Demi memandang Mush'ab, mereka sama menundukkan kepala dan memejamkan mata, sementara beberapa orang matanya basah karena duka. Mereka melihat Mush'ab memakai jubah usang yang bertambal-tambal, padahal belum lagi hilang dari ingatan mereka - pakaiannya sebelum masuk Islam - tak obahnya bagaikan kembang di taman, berwarna-warni dan menghamburkan bau yang wangi. Adapun Rasulullah, menatapnya dengan pandangan penuh arti, disertai cinta kasih dan syukur dalam hati, pada kedua bibirnya tersungging senyuman mulia, seraya berkata yang artinya : "Dahulu saya lihat Mush'ab ini tak ada yang mengimbangi dalam memperoleh kesenangan dari orang tuanya, kemudian ditinggalkannya semua itu demi cintanya kepada Allah dan Rasul-Nya."


Semenjak ibunya merasa putus asa untuk mengembalikan Mush'ab kepada agama yang lama, ia telah menghentikan segala pemberian yang biasa dilimpahkan kepadanya, bahkan ia tak sudi nasinya dimakan orang yang telah mengingkari berhala dan patutu beroleh kutukan daripadanya, walau anak kandungnya sendiri.

Akhir pertemuan Mush'ab dengan ibunya, ketika perempuan itu hendak mencoba mengurungnya lagi sewaktu ia pulang dari Habsyi. Ia pun bersumpah dan menyatakan tekadnya untuk membunuh orang-orang suruhan ibunya bila rencana itu dilakukan. Karena san ibu telah mengetahui kebulatan tekad puteranya yang telah mengambil satu keputusan, tak ada jalan lain baginya kecuali melepasnya dengan cucuran air mata, sementara Mush'ab mengucapkan selamat berpisah dengan menangis pula.


Saat perpisahan itu menggambarkan kepada kita kegigihan luar biasa dalam kekafiran fihak ibu, sebaliknya kebulatan tekad yang lebih besar dalam mempertahankan keimanan dari fihak anak. Ketika sang ibu mengusirnya dari rumah sambil berkata : "Pergilah sesuka hatimu! Aku bukan ibumu lagi". Maka Mush'ab pun menghampiri ibunya sambil berkata : "Wahai bunda! Telah anakanda sampaikan nasihat kepada bunda, dan anakanda menaruh kasihan kepada bunda. Karena itu saksikanlah bahwa tiada Tuhan melainkan Allah, dan Muhammad adalah hamba dan utusan-Nya".


Dengan murka dan naik darah ibunya menyahut : "Demi bintang! sekali-kali aku takkan masuk ke dalam Agamamu itu. Otakku bisa jadi rusak, dan buah pikiranku takkan diindahkan orang lagi". Demikian Mush'ab meninggalkan kemewahan dan kesenangan yang dialaminya selama itu, dan memilih hidup miskin dan sengsara. Pemuda ganteng dan perlente itu, kini telah menjadi seorang melarat dengan pakaiannya yang kasar dan usang, sehari makan dan beberapa hari menderita lapar.

Tapi jiwanya yang telah dihiasi dengan aqidah suci dan cemerlang berkat sepuhan Nur Ilahi, telah merubah dirinya menjadi seorang manusia lain, yaitu manusia yang dihormati, penuh wibawa dan disegani.

Suatu saat Mush'ab dipilih Rasulullah untuk melakukan suatu tugas maha penting saat itu. Ia menjadi duta atau utusan Rasul ke Madinah untuk mengajarkan seluk beluk Agama kepada orang-orang Anshar yang telah beriman dan bai'at kepada Rasulullah di bukit Aqabah. Di samping itu mengajak orang-orang lain untuk menganut Agama Allah, serta mempersiapkan kota Madinah untuk menyambut hijratul Rasul sebagai peristiwa besar.


Sebenarnya di kalangan shahabat ketika itu masih banyak yang lebih tua, lebih berpengaruh dan lebih dekat hubungan kekeluargaannya dengan Rasulullah daripada Mush'ab. Tetapi Rasulullah menjatuhkan pilihannya kepada "Mush'ab yang baik". Dan bukan tidak menadari sepenuhnya bahwa beliau telah memikulkan tugas amat penting ke atas pundak pemuda itu dan meyerahkan kepadanya tanggung jawab nasib Agama Islam di kota Madinah, suatu kota yang tak lama lagi akan menjadi kota tepatan atau kota hijrah, pusat para da'i dan da'wah tempat berhimpunnya penyebar Agama dan pembela Al-Islam.


Mush'ab memikul amant itu dengan bekal karunia Allah kepadanya, berupa fikiran yang cerdas dan budi yang luhur. Dengan sifat zuhud, kejujuran dan kesungguhan hati, ia berhasil melunakkan dan menawan hati penduduk Madinah hingga mereka berduyun-duyun masuk Islam. Sesampainya di Madinah, didapatinya Kaum Muslimin di sana tidak lebih dari dua belas orang, yakni hanya orang-orang yang telah bai'at di bukit Aqabah. Tetapi tiada sampai beberapa bulan kemudian, meningkatlah orang yang sama-sama memenuhi panggilan Allah dan Rasul-Nya.


Pada musim haji berikutnya dari perjanjian Aqabah, Kaum Muslimin Madinah mengirim perutusan yang mewakili mereka menemui Nabi. Dan perutusan itu dipimpin oleh guru mereka, oleh duta yang dikirim Nabi kepada mereka, yaitu Mush'ab bin Umair. Dengan tidakannya yang tepat dan bijaksana, Mush'ab bin Umair telah membuktikan bahwa pilihan Rasulullah SAW atas dirinya itu tepat. Ia memahami tugas dengan sepenuhnya, hingga tak terlanjur melampaui batas yang telah diterapkan. Ia sadar bahwa tugasnya adalah menyeru kepada Allah, menyampaikan berita gembira lahirnya suatu Agama yang mengajak manusia mencapai hidayah Allah, membimbing mereka ke jalan yang lurus. Akhlaknya mengikuti pola hidup Rasulullah SAW yang diimaninya yang mengemban kewajiban hanya menyampaikan belaka....


Di Madinah Mush'ab tinggal sebagai tamu di rumah As'ad bin Zararah. Dengan didampingi As'ad, ia pergi mengunjungi kabilah-kabilah, rumah-rumah dan tempat-tempat pertemuan, untuk membacakan ayat-ayat Kitab Suci dari Allah, menyampaikan kalimatullah "bahwa Allah Tuhan Maha Esa" secara hati-hati.

Pernah ia menghadapi beberapa peristiwa yang mengancam keselamatan diri sert shahabatnya, yang nyaris celaka kalau tidak karena kecerdasan akal dan kebesaran jiwanya. Suatu hari, ketika ia sedanga memberikan petuah kepada orang-orang, tiba-tiba disergap Usaid bin Hudlair kepala suku kabilah Abdul Asyhal di Madinah. Usaid menolong Mush'ab dengan menyentakkan lembingnya. Bukan main marah dan murkanya Usaid, menyaksikan Mush'ab yang dianggap akan mengacau dan menyelewengkan anak buahnya dari agama mereka, serta mengemukakan Tuhan Yang Maha Esa yang belum pernah mereka kenal dan dengar sebelum itu. Padahal menurut anggapan Usaid, tuhan-tuhan mereka yang bersimpuh lena di tempatnya masing-masing mudah dihubungi secara kongkrit. Jika seseorang memerlukan salah satu diantaranya, tentulah ia akan mengetahui tempatnya dan segera pergi mengunjunginya untuk memaparkan kesulitan serta menyampaikan permohonan.....Demikianlah yang tergambar dan terbayang dalam fikiran suku Abdul Asyhal. Tetapi Tuhannya Muhammad SAW - yang diserukan beribadah kepada-Nya - oleh utusan yang datang kepada mereka itu, tiadalah yang mengetahui tempat-Nya dan tak seorangpun yang dapat melihat-Nya.


Demi dilihat kedatangan Usaid bin Hudlair yang murka bagaikan api sedang berkobar kepada orang-orang Islam yang duduk bersama Mush'ab, mereka pun merasa kecut dan takut. Tetapi "Mush'ab yang baik" tetap tinggal tenang dengan air muka yang tidak berubah. Bagaikan singa hendak menerkam, Usaid berdiri di depan Mush'ab dan As'ad bin Zararah, bentaknya : "Apa maksud kalian datang ke kampung kami ini, apakah hendak membodohi rakyat kecil kami? Tinggalkan segera tempat ini, jika tak ingin segera nyawa kalian melayang!"

Seperti tenang dan mantapnya samudera dalam.....,laksana terang dan damainya cahaya fajar...., terpancarlah ketulusan hati "Mush'ab yang baik", dan bergeraklah lidahnya mengeluarkan ucapan halus, katanya : "Kenapa anda tidak duduk dan mendengarkan dulu? Seandarinya anda menyukai nanti, anda dapat menerimanya. Sebaliknya jika tidak, kami akan menghentikan apa yang tidak anda sukai itu!"

Sebenarnya Usaid seorang berakal dan berfikiran sehat. Dan sekarang ini ia diajak oleh Mush'ab untuk berbicara dan meminta pertimbangan kepada hati nuraninya sendiri. Yang dimintanya hanyalah agar ia bersedia mendengar dan bukan lainnya. Jika ia menyetujui, ia akan membiarkan Mush'ab, dan jika tidak, maka Mush'ab berjanji akan meninggalkan kampung dan masyarakat mereka untuk mencari tempat dan masyarakat lain, dengan tidak merugikan ataupun dirugikan orang lain.

"Sekarang saya insaf", ujar Usaid, lalu menjatuhkan lembingnya ke tanah dan duduk mendengarkan. Demi Mush'ab membacakan ayat-ayat Al-Qur'an dan menyampaikan da'wah yang dibawa oleh Muhammad bin Abdullah SAW, maka dada Usaid pun mulai terbuka dan bercahaya, beralun berirama mengikuti naik turunnya suara serta meresapi keindahannya. Dan belum lagi Mush'ab selesai dari uraiannya, Usaid pun berseru kepadanya dan kepada shahabatnya : "Alangkah indah dan benarnya ucapan itu . . .! Dan apakah yang harus dilakukan oleh orang yang hendak masuk Agama ini?" Maka sebagai jawabannya gemuruhlah suara tahlil, serempak seakan hendak menggoncangkan bumi. Kemudian ujar Mush'ab : "Hendaklah ia mencsucikan diri, pakaian dan badannya, serta bersaksi bahwa tiada Tuhan yang haq diibadahi melainkan Allah".


Beberapa lama Usaid meninggalkan mereka, kemudian kembali sambil memeras air dari rambutnya, lalu ia berdiri sambil menyatakan pengakuannya bahwa tiada Tuhan yang haq diibadahi melainkan Allah dan bahwa Muhammad itu utusan Allah . . . . Secepatnya berita itu pun tersiarlah. Keislaman Usaid disusul oleh kehadiran Sa'ad bin Mu'adz. Dan setelah mendengar uraian Mush'ab, Sa'ad merasa puas dan masuk Islam pula. Langkah itu disusul pula oleh Sa'ad bin Ubadah. Dan dengan keislaman mereka ini, berarti selesailah persoalan dengan berbagai suku yang ada di Madinah. Warga kota Madinah saling berdatangan dan tanya-bertanya sesama mereka : "Jika Usaid bin Hudlair, Sa'ad bin Ubadah dan Sa'ad bin Mu'adz telah masuk Islam, apalagi yang kita tunggu . . . . Ayolah kita pergi kepada Mush'ab dan beriman bersamanya! Kata orang, kebenaran itu terpancar dari celah-celah giginya!"


Demikianlah duta Rasulullah yang pertama telah mencapai hasil gemilang yang tiada taranya, suatu keberhasilan yang memang wajar dan layak diperolehnya. Hari-hari dan tahun-tahun pun berlalu, dan Rasulullah bersama para shahabatnya hijrah ke Madinah. Orang-orang Quraisy semakin geram dengan dendamnya, mereka menyiapkan tenaga untuk melanjutkan tindakan kekerasan terhadap hamba-hamba Allah yang shaleh. Terjadilah perang Badar dan kaum Quraisy pun beroleh pelajaran pahit yang menghabiskan sisa-sisa fikiran sehat mereka, hingga mereka berusaha untuk menebus kekalahan. Kemudian datanglah giliran perang Uhud, dan Kaum Muslimin pun bersiap-siap mengatur barisan. Rasulullah berdiri di tengah barisan itu, menatap setiap wajah orang beriman menyelidiki siapa yang sebaiknya membawa bendera. Maka terpanggillah "Mush'ab yang baik", dan pahlawan itu tampil sebagai pembawa bendera.


Peperangan berkobar lalu berkecamuk dengan sengitnya. Pasukan panah melanggar tidak mentaati peraturan Rasulullah, mereka meninggalkan kedudukannya di celah bukit setelah melihat orang-orang musyrik menderita kekalahan dan mengundurkan diri. Perbuatan merekaitu secepatnya merubah suasana, hingga kemenangan Kaum Muslimin beralih menjadi kekalahan. Dengan tidak diduga pasukan berkuda Quraisy menyerbu Kaum Muslimin dari puncak bukit, lalu tombak dan pedang pun berdentang bagaikan mengamuk, membantai Kaum Muslimin yang tengah kacau balau. Melihat barisan Kaum Muslimin porak poranda, musuh pun menujukan serangan ke arah Rasulullah dengan maksud menghantamnya.


Mush'ab bin Umair menyadari suasana gawat ini. Maka diacungkannya bendera setinggi-tingginya dan bagaikan ngauman singa ia bertakbir sekeras-kerasnya, lalu maju ke muka, melompat, mengelak dan berputar lalu menerkam. Minatnya tertuju untuk menarik perhatian musuh kepadanya dan melupakan Rasulullah SAW. Dengan demikian dirinya pribadi bagaikan membentuk barisan tentara.

Sungguh, walaupun seorang diri, tetapi Mush'ab bertempur laksana pasukan tentara besar . . . . Sebelah tangannya memegang bendera bagaikan tameng kesaktian, sedang yang sebelah lagi menebaskan pedang dengan matanya yang tajam . . . . Tetapi musuh kian bertambah banyak juga, mereka hendak menyeberang dengan menginjak-injak tubuhnya untuk mencapai Rasulullah.

Sekarang marilah kita perhatikan saksi mata, yang akan menceriterakan saat-saat terakhir pahlawan besar Mush'ab bin Umair. Berkata Ibnu Sa'ad : "Diceriterakan kepada kami oleh Ibrahim bin Muhammad bin Syurahbil Al-Abdari dari bapaknya. Ia berkata : "Mush'ab bin Umair adalah pembawa bendera di Perang Uhud. Tatkala barisan Kaum Muslimin pecah, Mush'ab bertahan pada kedudukannya. Datanglah seorang musuh berkuda, Ibnu Qumaiah namanya, lalu menebas tangannya hingga putus, sementara Mush'ab mengucapkan : "Muhammad itu tiada lain hanyalah seorang Rasul, yang sebelumnya telah didahului oleh beberapa Rasul". Maka dipegangnya bendera dengan tangan kirinya sambil membungkuk melindunginya. Musuh pun menebas tangan kirinya itu hingga putus pula. Mush'ab membungkuk ke arah bendera, lalu dengan kedua pangkal lengan meraihnya ke dada sambil mengucapkan : "Muhammad itu tiada lain hanyalah seorang Rasul, dan sebelumnya telah didahului oleh beberapa Rasul". Lalu orang berkuda itu menyerangnya ketiga kali dengan tombak, dan menusukkannya hingga tombak itu pun patah. Mush'ab pun gugur, dan bendera jatuh."

Gugurlah Mush'ab dan jatuhlah bendera . . . . Ia gugur sebagai bintang dan mahkota para syuhada . . . . Dan hal itu dialaminya setelah dengan keberanian luar biasa mengarungi kancah pengurbanan dan keimanan. Di saat itu Mush'ab berpendapat bahwa sekiranya ia gugur, tentulah jalan para pembunuh akan terbuka lebar menuju Rasulullah tanpa ada pembela yang akan mempertahankannya. Demi cintanya yang tiada terbatas kepada Rasulullah dan cemas memikirkan nasibnya nanti, ketika ia akan pergi berlalu, setiap kali pedang jatuh menerbangkan sebelah tangannya, dihiburnya dirinya dengan ucapan : "Muhammad itu tiada lain hanyalah seorang Rasul, dan sebelumnya telah didahului oleh beberapa Rasul".

Kalimat yang kemudian dikukuhkan sebagai wahyu ini selalu diulang dan dibacnya sampai selesai, hingga akhirnya menjadi ayat Al-Qur'an yang selalu dibaca orang. Setelah pertempuran usai, ditemukanlah jasad pahlawan ulung yang syahid itu terbaring dengan wajah menelungkup ke tanah digenangi darahnya yang mulai . . . . Dan seolah-olah tubuh yang telah kaku itu masih takut menyaksikan bila Rasulullah ditimpa bencana, maka disembunyikan wajahnya agar tidak melihat peristiwa yang dikhawatirkan dan ditakutinya itu. Atau mungkin juga ia merasa malu karena telah gugur sebelum hatinya tenteram beroleh kepastian akan keselamatan Rasulullah, dan sebelum ia selesai menunaikan tugasnya dalam membela dan mempertahankan Raulullah sampai berhasil.

· Wahai Mush'ab cukuplah bagimu Ar-Rahman . . . . · Namamu harum semerbak dalam kehidupan

Rasulullah bersama para shahabat datang meninjau medan pertempuran untuk menyampaikan perpisahan kepada para syuhada. Ketika sampai di tempat terbaringnya jasad Mush'ab, bercucuranlah dengan deras air matanya. Berkata Khabbah Ibnul Urrat : "Kami hijrah di jalan Allah bersama Rasulullah SAW dengan mengharap keridhaan-Nya, hingga pastilah sudah pahala di sisi allah. Di antara kami ada yang telah berlalu sebelum menikmati pahalanya di dunia ini sedikit pun juga. Di antaranya ialah Mush'ab bin Umair yang tewas di perang Uhud. Tak sehelai pun kain untuk menutupinya selain sehelai burdah. Andainya ditaruh di atas kepalanya, terbukalah kedua belah kakinya. Sebaliknya bila ditutupkan di kakinya, terbukalah kepalanya. Maka sabda Rasulullah SAW : "Tutupkanlah ke bagian kepalanya, dan kakinya tutuplah dengan rumput idzkhir!"

Betapa pun luka pedih dan duka yang dalam menimpa Rasulullah karena gugur pamanda Hamzah dan dirusak tubuhnya oleh orang-orang musyrik demikian rupa, hingga bercucurlah air mata Nabi . . . . Dan betapapun penuhnya medan laga dengan mayat para shahabat dan kawan-kawannya, yang masing-masing mereka baginya merupakan panji-panji ketulusan, kesucian dan cahaya . . . Betapa juga semua itu, tapi Rasulullah tak melewatkan berhenti sejenak dekat jasad dutanya yang pertama, untuk melepas dan mengeluarkan isi hatinya . . . . Memang, Rasulullah berdiri di depan Mush'ab bin Umair dengan pandangan mata yang pendek bagai menyelubunginya dengan kesetiaan dan kasih sayang, dibacakannya ayat dalam Surah Al-Ahzab : 23 yang artinya : "Di antara orang-orang Mu'min terdapat pahlawan-pahlawan yang telah menepati janjinya dengan Allah."

Kemudian dengan mengeluh memandangi burdah yang digunakan untuk kain tutupnya, seraya bersabda : "Ketika di Mekah dulu, tak seorang pun aku lihat yang lebih halus pakaiannya dan lebih rapi rambutnya daripadanya. Tetapi sekarang ini, dengan rambutmu yang kusut masai, hanya dibalut sehelai burdah." Setelah melayangkan pandang, pandangan sayu ke arah medan serta para syuhada kawan-kawan Mush'ab yang tergeletak di atasnya, Rasulullah berseru : "Sungguh, Rasulullah akan menjadi saksi nanti di hari qiamat, bahwa tuan-tuan semua adalah syuhada di sisi Allah."

Kemudian sambil berpaling ke arah shahabat yang masih hidup, sabdanya : "Hai manusia! Berziarahlah dan berkunjunglah kepada mereka, serta ucapkanlah salam! Demi Allah yang menguasai nyawaku, tak seorang Muslim pun sampai hari qiamat yang memberi salam kepada mereka, pasti mereka akan membalasnya."

Salam atasmu wahai Mush'ab . . . . Salam atasmu sekalian, wahai para syuhada . . . . Assalamu 'alaikum warahmatullahi wabarakatuh. ..............


Oleh : Al-Islam - Pusat Informasi dan Komunikasi Islam Indonesia

free counters