Bioteknologi Bisa Atasi Kelaparan Dunia
London (ANTARA News) - Organisasi Pangan Sedunia (FAO) menilai bioteknologi berpeluang meningkatkan kesejahteraan kaum miskin di pedesaaan negara berkembang.
Hal itu disampaikan Asisten Dirjen FAO, Madibo Traore, atas nama Dirjen FAO, dalam konferensi di Guadalajara Meksiko selama empat hari yang berlangsung hingga 4 Maret.
Atase Pertanian KBRI Roma Erizal Sodikin, kepada koresponden ANTARA London, Rabu, mengatakan konferensi itu membahas aspek Bioteknologi dalam arti luas.
Konferensi bertema: "Konferensi Teknis Teknologi Pertanian di Negara Berkembang: Pilihan dan Peluang dalam Tanaman, Kehutanan, Peternakan, Perikanan, dan Agro-industri untuk menghadapi Tantangan Ketahanan Pangan, dan Perubahan Iklim"
Menurut Madibo Traore, bioteknologi modern dan juga yang konvensional merupakan alat yang sangat berpotensi bagi sektor pertanian dalam arti luas, termasuk perikanan dan kehutanan.
Walaupun demikian, bioteknologi belum memberikan pengaruh yang memadai terhadap kehidupan petani di negara berkembang.
Konferensi yang membahas aspek bioteknologi dalam arti luas ini, diarahkan untuk tidak terfokus ke tema bahasan tentang GMO (Genetically Modified Organisms) yang merupakan tema bersifat kontroversial, menghindari aspek yang terkait dengan politik.
Pertanyaan di atas merupakan salah satu pertanyaan utama yang mengemuka pada diskusi yang terjadi pada konferensi tentang bioteknologi di negara berkembang.
Bertindak sebagai sponsor utama pada konferensi ini adalah FAO , Ifad, CGIAR, dan pemerintah Meksiko.
Menurut Erizal Sodikin, isu lain yang juga menjadi pertanyaan utama adalah sejauh mana peranan bioteknologi bagi peningkatan kesejahteraan kaum miskin di pedesaaan negara berkembang.
Konperensi dihadiri sekitar 200 lebih peserta berasal dari 50 negara dan utusan berbagai organisasi internasional dan LSM dunia, termasuk Indonesia yang diwakili utusan institusi Kementrian Pertanian, Kementrian Kehutanan, dan unsur KBRI Roma dan KBRI Maksiko.
Dalam keterangannya, FAO juga mengemukakan beberapa inovasi yang dihasilkan bioteknologi, misalnya, padi hibrida Afrika, hasil susu sapi perah di Bangladesh, penggunaan metode berdasarkan DNA untuk mendeteksi penyakit udang di India. (ZG/A038)
Hal itu disampaikan Asisten Dirjen FAO, Madibo Traore, atas nama Dirjen FAO, dalam konferensi di Guadalajara Meksiko selama empat hari yang berlangsung hingga 4 Maret.
Atase Pertanian KBRI Roma Erizal Sodikin, kepada koresponden ANTARA London, Rabu, mengatakan konferensi itu membahas aspek Bioteknologi dalam arti luas.
Konferensi bertema: "Konferensi Teknis Teknologi Pertanian di Negara Berkembang: Pilihan dan Peluang dalam Tanaman, Kehutanan, Peternakan, Perikanan, dan Agro-industri untuk menghadapi Tantangan Ketahanan Pangan, dan Perubahan Iklim"
Menurut Madibo Traore, bioteknologi modern dan juga yang konvensional merupakan alat yang sangat berpotensi bagi sektor pertanian dalam arti luas, termasuk perikanan dan kehutanan.
Walaupun demikian, bioteknologi belum memberikan pengaruh yang memadai terhadap kehidupan petani di negara berkembang.
Konferensi yang membahas aspek bioteknologi dalam arti luas ini, diarahkan untuk tidak terfokus ke tema bahasan tentang GMO (Genetically Modified Organisms) yang merupakan tema bersifat kontroversial, menghindari aspek yang terkait dengan politik.
Pertanyaan di atas merupakan salah satu pertanyaan utama yang mengemuka pada diskusi yang terjadi pada konferensi tentang bioteknologi di negara berkembang.
Bertindak sebagai sponsor utama pada konferensi ini adalah FAO , Ifad, CGIAR, dan pemerintah Meksiko.
Menurut Erizal Sodikin, isu lain yang juga menjadi pertanyaan utama adalah sejauh mana peranan bioteknologi bagi peningkatan kesejahteraan kaum miskin di pedesaaan negara berkembang.
Konperensi dihadiri sekitar 200 lebih peserta berasal dari 50 negara dan utusan berbagai organisasi internasional dan LSM dunia, termasuk Indonesia yang diwakili utusan institusi Kementrian Pertanian, Kementrian Kehutanan, dan unsur KBRI Roma dan KBRI Maksiko.
Dalam keterangannya, FAO juga mengemukakan beberapa inovasi yang dihasilkan bioteknologi, misalnya, padi hibrida Afrika, hasil susu sapi perah di Bangladesh, penggunaan metode berdasarkan DNA untuk mendeteksi penyakit udang di India. (ZG/A038)
0 comments:
Posting Komentar